Translate

Seni Peran Merayu

Terkadang Peran ini Sulit Dikakukan Bagi Orang yang Pemalu.

Seni Peran Memelas

Peran Memelas Perlu melatih Keterampilan Wajah Setiap Saat.

Riuh Penonton di Gedung Teater

Terkadang dibutuhkan Kecerdasan Sebagai Penikmat Sastra.

Selasa, 31 Maret 2009

Ranah

Ranah
*)F. Moses
Di dekat arah laut lepas itu kelak kau temui aku. Mungkin, sesungguhnya kau tahu keberadaanku.Terlebih kau Ranah. Kau pasti tahu.Mengapa setia dalam kepura-puraan tak tahu?Suatu saat mampukah kau mencari aku di sepanjang laut lepas. Laut yang seolah telah hempaskanku.Kini, tepat di bibir pantai dekat pohon kelapa tua biasa kita bertemu dulu, aku masih setia menunggumu. Ingatkah kamu?Kita pernah nakal di antara pohon-pohon itu.
Barangkali itulah segenggam ingatan aku untuk Ranah. Ranah tak akan pernah tahu. Ranah yang seolah tak mau tahu. Ranah dengan seolahnya enggan melihat apalagi merasakan. Seberapa besar harapmu agar aku kembali, Ranah? Tidak mungkin. Aku tak akan kembali. Tak akan pernah. Harapku, kau melihat aku suatu saat nanti. Tentunya dalam tatapan yang tak pernah bisa kau tangkap. Entah kecemasan apalagi kau punya.
Ya, itulah aku. Keadaan sebagai kematian yang tak diketahui sejak kepergianku menjala ikan, bersama perahu cadik, terkaram oleh ombak di perairan sebelah daratan tanah kita. Perahuku tenggelam. Di bawah burung-burung ganas pemakan ikan. Sekawanan burung berbulu hitam. Mereka sampai kini setia beterbangan. Merekalah saksi atas kematianku. Alangkah tragisnya.
Burung-burung itu sampai sekarang masih setia di udara atas lautan luas. Adakah kau seperti burung-burung itu, Ranah? kadang sekawanan burung itu melintas di atas jasadku. Padahal, mereka hanya menikmati alam bebas. Bebas kemana mereka suka. Bebas di hamparan cakrawala. Sesekali, memperhatikan anak-anak mereka kala lapar. Memperhatikan para cericit kecil dengan halus serta polosnya di antara semak pohon kelapa. Bagiku mereka lebih hebat dari kau, Ranah. Dugaanku, Mereka lebih dulu mengetahui nasibku sebelum kau tahu. Jika demikian, betapa lebih pintarnya hewan ketimbang manusia. Betapa tolol manusia.
Ranah, pernah tahukah kau barangkali sebentar lagi aku tinggal rangka. Bagaimana tidak, burung-burung di atas sana juga perlu makan. Barangkali akulah santapan terlezat yang pernah mereka rasakan selain ikan dan binatang laut lainnya. Namun, sebentar lagi mereka cuma menikmati belulang saja. Rayap liar perlahan-lahan menggerogoti aku. Seperti aku katakan tadi bahwa nantinya kutinggal rangka. Tulang-belulang keras. Sementara sisanya adalah kengerian, tentunya yang akan kau lihat. Itupun seandainya.
Aku—sebagai kematian tak pernah kau ketahui. Suatu saat, kau mampu menemukan aku. Itulah hasratku. Hasrat sebagai manusia mati. Hasrat mati.
Ranah, andai kau mulai cemas kemudian hendak berlayar, berhati-hatilah. Hembusan angin kencang membuat tubuhmu riskan rapuh. Asal kau tahu, di sini, aku setia menjagamu dalam raga mati ini, meskipun tak tahu kau hendak kemana. Arahmu ada dalam pikiranmu.
***
Sudah sekian lama. Ranah mencemaskanku.
”Hendak kemana petang ini kau, Ranah?”
”Tak kemana-mana, Mak, hanya menunggu Masmu yang tak belum juga pulang.”
”Sibuk amat sampai kau harapkan dia pulang. Paling entar atau besok-besok juga pulang. Mau aja tunggu dia. Lebih baik kau pikirkan anakmu yang juga telah lama menghilang” kata Mak sedikit melengos.
Selepas senja, Ranah larut dalam lamunannya. Sambil duduk di balkon depan beranda matanya menerawang ke arah senja yang perlahan-lahan mulai menghilang. Berharap Masmu datang bawa sekeranjang ikan bersama lentera yang setia menerangi ketika hari mulai gelap. Begitulah seterusnya.
Ranah semakin bergumul dengan kecemasan. Ranah cemas. Secemas hatiku yang belum diketemukan. Cemas dalam kematian. Tidak hanya milik manusia hidup. Karena betapa tragis kematian yang sampai kini belum diketahui. Apalagi tak seorang pun.
***
Mak cemas melihat kelakuan Ranah yang semakin lama menampakan kegelisahan. Ranah tak ambil pusing. Ranah lebih memilih bersikap diam. Ranah tahu betul, Mak memang sangat sentimentil dengan Masmu.
”Ranah, lama-lama kau gila. Hanya tungguin Masmu itu yang sudah tidak jelas. Entah kemana dia. Tolol. Sudah berbulan-bulan tiap petang cuma menunggu terus. Menunggu dan menunggu,” kata Mak keras.
Ranah memang sudah gila. Ya, perlahan-lahan Ranah nyaris kehilangan kesadarannya. Ranah memang tak akan pernah tahu semua kejadian sebenarnya atas diriku. Apalagi Mak. Sangat benci sekali sejak dulu. Sentimentil. Mak memang kecewa sekali lantaran kami yang beda agama. Ranah selalu dihantam banyak pertanyaan oleh Mak. Bertubi-tubi dan berkali-kali. Semua itu dilakukan Mak setiap hari. sekali lagi, Ranah hanya duduk diam di balkon. Seperti melamun. Terkadang menerawang. Matanya, seperti untaian kalimat, menatap ke arah lautan. Berharap Masmu pasti pulang. Baginya, desiran angin laut adalah bisikan-bisikan Masmu. Seolah Masmu bicara perlahan-lahan: Ranah, aku pasti pulang.
Ranah, andai saja kau tahu keadaanku sebenarnya. Aku yakin kau tidak tinggal diam. kadang aku ingat, kita pernah berjanji bahwa kita hanya punya cinta. Sempat dulu kita menjuluki hubungan ini: kita adalah raja dan ratu tengah mabuk cinta. Sekalipun beda tuhan. Sudahlah Ranah, tahu apa kita tentang perbedaan itu. Toh dulu kita tak mempersoalkannya. Kecuali Mak, persetan sekali dengan persoalan cinta atau tidak. Baginya, jodoh harus seperti keinginannya. Sungguh tragis. Perlahan pula kau tak memedulikan aku. Mengikuti arah Mak pada perbedaan itu.
***
Sudah hampir tiga tahun. Penduduk kampung pesisir semakin tahu.
”Hari gini masih ada perempuan setia menunggu laki-lakinya.”
”Laki-laki yang gak jelas pula. Si Mak aja yang bodoh. Gak bisa jagain anak perawannya sih...” celoteh perempuan-perempuan kampung pesisir.
Ya. Para perempuan memang kerap berkata-kata begitu.
Celoteh orang sekampung tak mengubah Ranah. Ranah masih terus menunggu. Setiap waktu di kesehariannya hanya menatap arah laut lepas. Seolah laut akan membawa penantiannya.
Aku—sebagai kematian yang tidak diketahui—sungguh tahu, betapa Ranah amuk dalam pikirannya. Ranah memang semakin tak ambil pusing. Persetan dengan perkataan orang sekampung.
Ya. Ranah sudah tak peduli dengan ucapan sekampung. Setiap hari bibirnya komat-kamit. Ranah hanya menunggu angin berhembus. Ranah hanya berbicara pada angin. Ketika angin tak berhembus, entah apa lagi yang harus diucapkannya. Dalam pikirannya hanyalah Masmu.
Mak semakin jadi bingung. Terlebih saat orang sekampung makin sering bertanya padanya.
”Anakmu itu suka ngomong sendirian?”
”Gak tahu,” jawab Mak dengan ringan.
”Tapi, Mak, awal-awalnya dulu Ranah nggak separah sekarang. Malah, kadang-kadang, terlihat seperti berdoa di balkon.”
”Seperti? Tahu apa sampai kau anggap dia berdoa.”
Ranah memang sambil berdoa dalam hatinya. Tak seorang pun tahu. Orang memang kadang tak pernah tahu tentang isyarat hati yang bergumul. Sampai akhirnya, mereka kerap berkata: Barangkali sekarang Ranah putus asa. Barangkali.
Ranah memang gampang putus asa. Seperti keputus-asaannya dulu ketika terpaksa harus membenci aku karena Mak. Tidak. Bagiku Ranah tidak putus asa. Ranah memang berhenti berdoa. Tapi, baginya, berbicara dengan angin sama saja berdoa. Sekalipun, karena itu, orang sekampung menganggapnya gila. Sebuah anggapan karena keputus-asaan. Terlebih karena menunggu lelakinya.
***
Ranah semakin liar. Liar dari sebuah kegelisahan. Sambil duduk di balkon ia tak henti-hentinya berkomat-kamit, meliuk-liukan tangan, kaki. Ranah berdoa sambil meliuk-liuk. Meskipun pada angin. Ranah setia berbicara pada angin. Angin hanya berhembus. Bagi Ranah, hembusannya adalah kata. Kata yang mampu meredakan ruang gelisahnya. Kata telah menjadikannya ruang redam.
Suatu ketika, Mak terkejut karena Ranah menghilang. Penduduk pesisir kalang-kabut. Semua orang membantu Mak untuk mencari Ranah.
Semuanya, tak satu pun mampu menemukan Ranah.
Aku tahu. Sebagaimana yang aku tahu, Ranah adalah perempuan tak pernah putus asa. Sebagai perempuan yang akhir-akhir ini berbicara dengan angin dari lautan luas, angin telah menjadi kata untuknya. Barangkali, angin telah membawanya padaku.
Telukbetung, Agustus 2007

Kelompok aneh

Kelompok anehCerpen oleh F. Moses
Dari suatu perjalanan teramat melelahkan, tibalah kami di suatu negeri. Negeri berpenuh rembulan. Negeri yang tak pernah letih, dapat dikatakan begitu. Suatu negeri yang di tiap sudutnya tak lagi beraroma seperti masa lalu pernah terlalui—dari masa lalu, yang mengonflik dalam diri karena selalu beraroma asin keringat dan bercampur air mata.
Tentunya kami bersuka. Seolah bernapas baru dari keengapan waktu itu. Menjadikan kami lebih mudah bergandengan tangan serta saling berpelukan. Semua atas nama kebersamaan serasa menjadikan kami teramat berarti. Berpenuh kasih. Hmm.
Di manakah kita ini? Seperti mimpi dan seperti tak habis pikir, begitulah kata selalu terucap bagi semua pendatang dari pelbagai penjuru di belahan daratan oleh anak-anak sampai tua-tua. Semua merasakan seolah seperti mimpi. Maklumlah, betapa perjalanan teramat melelahkan serasa begitu terlepas ketika keinginan tercapai. Terlepas dari perjalanan yang acap berlintas karena terjalnya daratan, tingginya bukit-bukit dan ganasnya lautan, waktu itu. Belum lagi, dihadapkan oleh kesengitan dalam hati kami ketika seolah mesti berlapang dada menerima keserakahan pemimpin negeri waktu itu, dalam ketersisaan pikiran kami.
Itulah hal paling terberat dalam perjalanan. Kini, semuanya seolah terbebas sudah. Menjadi lebih berpengharapan.
“Apakah kau masih ingat, Nak? Dulu, saat kita di negeri itu, selalu berlarian tunggang-langgang manakala rumah kita diserbu oleh para jagoan pecundang untuk diratakan. Mereka menghancurkan segalanya tanpa rasa belas kasih,” kata lelaki separo baya. Aku lupa dan hampir tak tahu lagi tepatnya kapan ia berkata demikian.
Sekarang, aku tak bertempat tinggal di negeri penuh rembulan. Betapa mulai merindunya aku mulai hari ini untuk kembali ke sana.
***
Sejak bertempat tinggal dekat laut ini, aku semakin merindukan negeri penuh rembulan yang pernah aku singgahi. Aku ingin kembali ke negeri itu. Melepas segala onak. Melepas segala pernah maupun sedang terbebani sejak hari ini. Terlebih, aku begitu merindukan kekasihku di negeri yang selalu penuh rembulan itu. Sebuah negeri yang, ya, aku rasa begitu sangat sulit bagiku mendeskripsikannya—sehubung betapa iri oleh kehidupan negeri itu. Negeri penuh rembulan. Negeri berpengharapan. Negeri kejujuran Hmm.
Meski demikian, peristiwa seolah sudah menjadi daging. Seperti tertakdirkan menjalani hidup di dekat laut. Laut berbatasan dengan daratan. Laut berbatasan dengan perbukitan. Ironisnya, laut begitu sangat berbatasan dengan sekolompok manusia-manusia berekor. Ya, mereka memiliki ekor seperti binatang. Entah kenapa pula, di kedua sisi kepala mereka juga bertanduk. Namun mereka bukanlah binatang. Betapa sulit dimengerti.
Tentang semua itu, seperti tidak masuk akal. Tetapi demikianlah adanya. Demikianlah kenyataannya. Kenyataan yang benar-benar di luar batas nalar; sehubung mereka berkehidupan di daratan. Daratan yang seperti menjadi satu dengan lautan namun begitu terpisah. Seperti menyatu padahal tidak sama sekali.
Sekali lagi, walaupun demikian, tiada salah bagiku. Aku menikmatinya. Hal terpenting, barangkali, semata karena aku memang penyuka laut. Aku begitu menyukai suara angin dari arah laut lepas ke pepohonan kelapa yang kembali dipantulkannya ke arah telingaku. Aku begitu menyukai mengilatnya terumbu karang oleh matahari saat menembus batas permukaannya lewat celah air yang kebiru-biruan. Aku begitu menggemari berlarian seorang diri tanpa alas kaki di atas pasir yang begitu putih mengilat. Ya, aku berlari dan berlari—kemudian kembali berlari ke arah tempatku memulai berlari sambil mengikuti bekas telapak kakiku sendiri yang seolah bagiku adalah telapak kekasihku. Begitu seterusnya.Ya, seperti aku katakan: aku hanya berlari dan berlari. Acap berlari sambil mengikuti bekas telapak kakiku sendiri yang seolah bagiku adalah telapak kekasihku. Berangan untuk segera berlari dari negeri manusia berekor di sini. Tentang negeri manusia berekor di sini, hmm, betapa ketakutan dan menakutkan. Saban seolah berpesiar oleh ketakutan. Namun apalah mesti tertakutkan? Sementara laut dengan segala keadaannya di saat pagi, siang, petang, maupun malam—sampai pagi berikutnya, selalu berjaga. Laut berjaga lewat debur ombak yang saling balap di tiap saat maupun waktu hingga menembus zaman. Laut berjaga lewat kuat maupun rapuhnya gerak ikan di antara terumbu karang di dalamnya. Laut berjaga lewat keindahan senja di lepas petang. Dan laut, selalu berjaga karena angin yang memang tak pernah berhenti dari arah laut lepas untuk diantarkannya selalu menembus malam. Menembus kenyataan di senyata-nyatanya kehidupan. Kehidupan di bibir laut dan pulaunya, daratan. Bila boleh terkatakan, untungnya ada laut.
***
Kembali dalam kenyataan, aku masih di bibir laut ini. Sampai akhirnya, suatu ketika aku mendengar ada sebuah kelompok manusia-manusia berekor. Mereka tak jauh dari bibir laut ini. Tepatnya daratan adalah keberadaan mereka. Daratan yang begitu mereka manfaatkan sebagai ajang pesta serakah.
Tentang manusia berekor dan bertanduk, mereka sangatlah menakutkan. Betapa tidak, karena ironisnya, kehidupan mereka berbaur dengan para manusia pada umumnya. Jadi sangat sulit untuk membedakannya. Paling mudah mengingatnya adalah bahwa mereka merupakan sebuah kelompok. Semacam kelompok yang terdiri dari bagian sesama anggota, ya, dapat dikatakan mereka adalah satu bagian sebagai satu darah. Atas nama satu darah itulah mereka mengelompok. Entah satu darah mana dan berasal dari darah yang mana. Sekali lagi, tindak-tanduk mereka sangatlah jauh berbeda dengan manusia di muka daratan itu ada.
***
Sampai hari dan detik ini yang masih begitu ternikmati, atau dapat dikatakan untungnya, aku masih di dekat laut ini. Ternikmati oleh debur maupun nyiur, serta angin dari arah laut lepasnya yang seolah bagiku acap membawa wewangian maupun kabar tentang negeri penuh rembulan, di tengah kehidupanku bersama para manusia bereokor di sini—yang sekali lagi, karena begitu sulit membedakannya sehubung berbaur dengan para manusia pada umumnya. Terlebih dari yang paling ternikmati adalah kabar tentang kekasihku. Bagaimana kabarmu di sana?
Dan sampai hari maupun detik ini, para manusia berekor memang semakin menjadi. Dari tindak tanduk mereka yang selalu berusaha memirip-miripkan tingkah dan pola manusia pada umumnya, mereka seringkali berbuat sesuka hati.
“Kau harus lebih hati-hati. Mereka itu selalu menyelamatkan kelompoknya saja. Mereka serakah dari yang paling serakah dan rakus dari yang paling rakus. Perjuangan mereka menghalalkan segala cara. Dan parahnya, barngkali supaya tindak tanduk mereka tak terlihat, mereka selalu setia berucap, ‘atas nama kebersamaan kita,’ cuih, menggelikan sekali mereka. Acap bernepotisme. Acap membunuh tiap pergerakan sikap tulus dari yang, ya, dapat dikatakan karena bukan hubungan dekat.” Kata orang di dekat tempatku tinggal. Aku sudah tak ingat lagi kapan tepatnya ia pernah mengatakan itu.
Betapa semakin mengerikan saja hidup di sini. Padahal sudah di dekat laut. Tapi apa dapat dipungkir. Sementara laut dapat saja teracuni sehubung berbatasan dengan daratan. Daratan ironis. Daratan yang acap bertempat-tinggalkannya para manusia berekor.
Tidak hanya lelaki paro baya dan orang itu saja yang pernah mengatakan tentang para manusia berekor yang semakin menjadi dan ganas. Karena setiap hari dalam paro waktu kehidupanku di sini adalah kenyataan itu sendiri. Kenyataan yang begitu sudah sangat lama.
Betapa kini aku merindukan pulang, dari indahnya laut kebiru-biruan dengan arah laut lepasnya yang senantiasa selalu ajak berharap, oleh perahu dari tubuhku sendiri.
Aku merindukan makam Ayah yang berselimut rerumputan hijau di suatu tempat bertanah merah. Aku merindukan bertemu kembali para manusia yang tak lagi angkuh dan kotor. Terlebih kekasih dan anak yang masih di rahimnya, merindu.
Semua itu hanya di suatu tempat. Tempat yang senantiasa tak hentinya berpenuh rembulan. Negeri berpenuh kasih. Negeri tanpa para manusia berekor yang kejam, serakah, dan berhobi nepotisme.
Jakarta-Telukbetung, November 2008

Daftar pustaka

Pengertian daftar pustaka :
Daftar pustaka (bibliografi) merupakan sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan (contohnya: thesis). Melalui daftar pustaka yang disertakan pada akhir tulisan, para pembaca dapat melihat kembali pada sumber aslinya.
Dalam menulis daftar pustaka terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:

  • Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet, berturut-turut dari atas ke bawah, tanpa menggunakan angka arab (1,2,3, dan seterusnya).
  • Cara penulisan daftar pustaka sebagai berikut:
    Tulis nama pengarang (nama pengarang bagian belakang ditulis terlebih dahulu, baru nama depan)
    -Tulislah tahun terbit buku. Setelah tahun terbit diberi tanda titik (.)
    -Tulislah judul buku (dengan diberi garis bawah atau cetak miring). Setelah judul buku diberi tanda titik (.).
    -Tulislah kota terbit dan nama penerbitnya. Diantara kedua bagian itu diberi tanda titik dua (:). Setelah nama penerbit diberi tanda titik
    -Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama pengarangnya, maka sumber dirilis dari buku yang lebih dahulu terbit, baru buku yang terbit kemudian. Di antara kedua sumber pustaka itu dibutuhkan tanda garis panjang.
  • Untuk penulisan daftar pustaka yang berasal dari internet ada beberapa rumusan pendapat :
    Menurut Sophia (2002), komponen suatu bibliografi online adalah:
    • Nama Pengarang• Tanggal revisi terakhhir• Judul Makalah• Media yang memuat• URL yang terdiri dari protocol/situs/path/file• Tanggal akses
    Winarko memberikan rumusan pencantuman bibliografi online di daftar pustaka sebagai berikut:
    Artikel jurnal dari internet: Majalah/Jurnal Online
    Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (dengan singkatanresminya), nomor, volume, halaman dan alamat website.*) Nama majalah online harus ditulis miring
    Artikel umum dari internet dengan nama
    Penulis, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …).*) Judul artikel harus ditulis miring
    Artikel umum dari internet tanpa nama
    Anonim, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …).*) “Anonim” dapat diganti dengan “_____”. Judul artikel harus ditulis miring

    Perhatikan contoh penulisan daftar pustaka
    Baradja, M.F. 1990. Kapita Selecta Pengajaran Bahasa. Malang: Penerbit IKIP Malang.
    Damono, Sapardi Joko. 1979. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
    Hermans, B., 2000, Desperately Seeking: Helping Hands and Human Touch, [online], (http://www.hermans.org/agents2/ch3_1_2.htm, diakses tanggal 25 Juli 2008 )
    Referensi
    Hartati, Dwi. ___, Menulis Daftar Pustaka, [pdf], (http://oke.or.id,diakses/ tanggal 17 September 2008)
    Sophia, S. 2002, Petunjuk Sitasi Serta Cantuman daftar Pustaka Bahan Pustaka Online, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
    Winarko, E. ____, Penulisan Sitasi pada Karya Ilmiah, [pdf], (http://ewinarko.staff.ugm.ac.id/metopen/modul6-daftarpustaka.pdf, diakses tanggal 17 September 2008 )

Jangan Pakai Kemeja Biru

“Sial!!”, mungkin istilah ini cocok untuk ekspresi verbal ketika kita sedang mengalami hal yang tidak menyenangkan. Hal itu berawal setelah pulang dari kantor. Ada keinginan pergi ke “Pasar Modern Carrefour ITC Cempaka Mas”, untuk membeli beberapa peralatan kantor. Setibanya di sana, suasana masih aman-aman saja tanpa ada yang aneh. Dengan santainya aku melaju dan menuju blok parkir yang aman. Rutinitas biasa di tempat itu adalah membuka helm dan memasang kunci pengaman dengan harapan tidak terjadi kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan. Mulai kulangkahkan kedua kakiku untuk menuju pasar tersebut. Sebelumnya saya beritahu kenapa ITC Cempaka Mas yang saya singgahi sebagai objek belanja, karena tempat ini letaknya dekat dengan tempat tinggalku.
Dengan penuh keseriusan daftar belanja kuhafalkan. Akhirnya aku berjalan masuk menuju gerbang pasar. Tempat pertama yang kutuju adalah Toko Buku Gramedia. Toko ini kudatangi karena belakangan aku sangat membutuhkan Document Holder untuk menyimpan beberapa arsip yang beberapa bulan ini tercecer tidak jelas. Sesampainya di Gramedia, aku langung “Clingak-clinguk” mencari lokasi Document Holder diletakan. Setelah ketemu, aku langung ambil dan lihat-lihat dengan menggunakan rumus 3 D, yaitu diraba, dilihat dan diterawang. Dalam hati aku menjerit “Mahal amat barang kaya beginian!!”. Maka aku coba bolak-balik lagi cari harga yang lebih bersahabat. Nah dalam keadaan bingung, ada seseorang menghampiri dan berkata “Mas ada gak map yang warna birunya lebih gelap?”. Waduh, saya kaget siapa ni orang tanya-tanya barang ke saya, padahal saya belum pernah mengenal sebelumnya. Langsung spontan aku menjawab “Maaf pak saya di sini pengunjung”, dengan nada keras kuucapkan kepadanya. Akhirnya orang itu minta maaf dan melanjutkan mencari warna-warna yang diharapkan sesuai dengan keinginannya.
Dengan rasa kesal aku mengambil barang yang baru dilihat-lihat tadi tanpa memikirkan harganya. Namun dalam keadaan itu, saya pun ingat ada sesuatu yang mau saya beli lagi yaitu buku telepon. Tidak lama kemudian aku melihat ada tumpukan buku telepon dan sama kulakukan hal seperti tadi yaitu menerapkan rumus 3D. Sial kedua muncul ada seorang ibu menghampiriku dan berkata “Mas ada gak ukuran tas yang lebih besar dari ukuran yang saya bawa?”. Dengan tidak menyenagkan sama aku menjawab, “Maaf bu saya di sini pengunjung!”. Kuambil buku telepon dan Document Holder ke kasir dengan niat menyelesaikan transaksi di toko ini.
Sudah selesai transaksi di Gramedia, aku langsung menuju ke Pasar Carrefour untuk mencari label CD dan kertas foto, karena saya berharap harga di Carrefour lebih murah dari harga di Gramedia. Ternyata benar harga di sini lebih murah 50% dari harga di tempat lain. Sial yang ketiga terulang kembali di tempat ini, ada bapak-bapak menghampiri dan mau bertanya. Sebelum dia bertanya, reflek saya langsung bilang ke dia “Maaf saya pengunjung!”. Setelah menyelesaikan transaksi di Pasar Carrefour, langsung saya pergi meninggalkan tempat itu. Setelah saya merenung, saya sadar ternyata kesalahan bukan terletak di aku dan orang-orang yang bertanya. Kesalahan itu terletak kemeja yang aku pakai. Kemeja itu adalah kemeja yang berwarna biru muda, yang biasa dipakai sopir taksi, penjaga Carrefour dajn gramedia, serta karyawan-karyawan pabrik di Tangerang.

Senin, 30 Maret 2009

INSPIRING WORDS

Kita sebagai manusia terkadang acuh dan tidak mau tahu dengan kondisi orang di sekitar. Ini yang menyebabkan belakangan banyak orang yang antisosial dan bahkan lebih gila lagi adalah autis dengan kesengajaannya dalam bersikap. Nah melihat fenomena itu, saya berpikir keras bagaimana supaya manusia yang sudah rapuh dan hancur dengan kehidupan sosial dan moralnya agar kembali pada esensi sebagai manusia yang unik dan baik. Maka saya bersinisiatif mencarikan kata-kata mutiara yang bisa menyegarkan dan mengubah hidup kita semua menjadi lebih baik. Kebetulan kata-kata ini saya dapatkan dari tugas murid yang bernama Christina. Tapi terlepas dari hal itu, kata-kata mutiara ini bisa membuat inspirasi buat kita. Jadi kalo ada komentar boleh dipos dicatatan ini

Baca dan renungkanlah intisari dan esensi dari kata-kata mutiara ini. Anda pasti akan merasakan khasiatnya dalam hidup sebagai pembuka hati, hidup sehat, ora et labora(bekerja dan belajar), bahagia.

1. Coba menyanyi seakan Anda tidak memerlukan uang. Coba mencinta seakan Anda tak pernah akan disakiti. Coba menari seakan tak ada yang melihat. Jika Anda ingin sukses, semuanya harus bearasal dari hati.
(Susana)
2. Kebahagiaan adalah jika apa yang akan Anda pikirkan, apa yang akan Anda katakan, dan apa yang yang Anda lakukan berada dalam keharmonisan.
(Mahatma Gandhi)
3. Di saat merasa paling tidak bahagia, percaya bahwa ada sesuatu yang harus Anda lakukan di dunia. Sejauh Anda dapat membuat penderitaan orang lain menjadi lebih manis, hidup tidaklah sia-sia.
(Helen Keller)
4. Terima hidup secara tak bersyarat. Kebanyakan orang minta kebahagiaan dengan syarat. Kebahagiaan hanya bisa dirasakan jika kita tidak menetapkan syarat apa pun.
(Arthur Rubenstein)
5. Memaafkan adalah bentuk cinta yang paling tinggi dan paling indah. Sebagai imbalannya, Anda akan menerima kebahagiaan dan kedamaian yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
(Robert Muller)
6. Sukses biasanya mendatangi orang yang terlalu sibuk untuk mencarinya.
(Henry David Thoreau)
7. Orang sukses adalah orang yang membentuk kebiasaan mengerjakan sesuatu yang tak ingin dikerjakan orang gagal.
(Donald Riggs)
8. Tak ada orang yang akan sukses jika tidak siap menghadapi dan menanggulangi kesulitan-kesulitan dan mempersiapkan diri memikul tanggung jawab.
(William J. H. Boetcker)
9. Orang selalu menyalahkan keadaan untuk sesuatu yang terjadi pada dirinya. Orang-orang sukses selalu bangkit dan mencari situasi yang mereka inginkan. Jika tidak menemukannya, mereka akan menciptkannya.
(George Bernard Shaw)
10. Ingat, dua manfaat dari kegagalan. Pertama, jika Anda gagal, Anda belajar, tentang apa yang tidak jalan. Kedua, kegagalan memberi Anda peluang untuk mencoba pendekatan baru.
(Roger Von Oech)

Pengertian Bahasa

Secara umum bahasa didefinisikan sebagai lambang. Bahasa adalah alat kornunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap
manusisa.
Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili Kumpulan kata atau kosa kata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad, disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus atau leksikon.
Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitu saja, melainkan mengikuti aturan yang ada. Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan, kita harus memilih kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai dengan aturan bahasa. Seperangkat aturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan sebagai pedoman berbahasa inilah yang disebut Tata bahasa.
Pada bab berikutnya, sebubungan dengan tata bahasa akan kita bicarakan secara terinci fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan etimologi. Fonologi ialah bagian tata bahasa yang membahas atau mempelajari bunyi bahasa. Morfologi mempelajari proses pembentukan kata secara gramatikal beserta unsur-unsur dan bentuk - bentuk kata. Sintaksis membicarakan komponen - komponen kalimat dan proses pembentukannya. Bidang ilmu bahasa yang secara khusus menganalisis arti atau makna kata ialah semantik, sedang yang membahas asal-usul bentuk kata adalah etimologi,
Fungsi utama bahasa, seperti disebutkan di atas, adalah sebagai alat komunikasi, atau sarana untuk menyampaikan informasi (=fungsi informatif l)
Tetapi, bahasa pada dasarnya lebih dari sekadar alat untuk menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran, perasaan, atau gagasan, karena bahasa juga berfungsi :
a. untuk tujuan praktis: mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.
b. untuk tujuan artistik: manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia.
c. sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan kebahasaan.
d. untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia, selama kebudayaan dan adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri (tujuan filologis).
Dikatakan oleh para ahli budaya, bahwa bahasalah yang memungkinkan kita membentuk diri sebagai makhluk bernalar, berbudaya, dlan berperadaban. Dengan bahasa, kita membina hubungan dan kerja sama, mengadakan transasi, dan melaksanakan kegiatan sosial dengan bidang dan peran kita rnasing-masing. Dengan bahasa kita mewarisi kekayaan masa larnpau, rnenghadapi hari ini, dan merencanakan masa depan.
jika dikatakan bahwa setiap orang membutuhkan informasi itu benar. Kita ambil contoh, misalnya, mahasiswa. la membutuhkan informasi yang berkaitan dengan bidang studinya agar lulus dalarn setiap ujian dan sukses meraih gelar atau tujuan yang diinginkan. Seorang dokter juga sama. la memerlukan informasi tentang kondisi fisik dan psikis pasiennya agar dapat menyembuhkannya dengan segera. Contoh lain, seorang manager yang mengoperasikan, mengontrol atau mengawasi perusahaan tanpa informasi is tidak mungkin dapat mengambil keputusan amu menemuukan kebijaksanaan Karena setiap orang membutuhkan informasi, komunikasi sebagai proses tukar-menukar informasi, dengan sendirinya juga mutlak menjadi kebutuhan setiap orang.
Perkembangan Bahasa Indonesia
Kata Indonesia berasal dari gabungan kata Yunani Indus 'India' dan nesos 'pulau alau kepulauan'. Jadi secara etimologis berarti kepulauan yang telah dipengaruhi oleh kebudayaan India, atau hanya kepulauan India. Pencipta kata tersebut ialah George Samuel Windsor Earl, sarjana Inggris yang menulis dan memakai kata itu dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, Vol. iv- him 17, bulan Februari 1850. Ia menggunakan kata Indonesians dalam majalah itu Sedangkan, orang yang mempopulerkan kola lndnnesin adalah ahli etnologi Jerman, Adolf Bastian, yang memakainya dalam buku-buku yang ditulisnya sejak tahun 1884. Buku-buku ini diberi judul Indwonesien order die Inseln des Malayischen Archipel.
Bahasa Indonesia yang sekarang itu ialah bahasa Melayu Kuno, yang dahulu digunakan orang Melayu di Riau, Johor. dan Lingga, yang telah mengalami perkembanggan berabad-abad lamanya Dalam keputusan Seksi A No. 8. hasil Kongres Bahasa Indonesia 11 di Medan, 1954, dikatakan bahwa dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu yang disesuaikan dengan pertumbuhan dalam masyarakat den kebadayaan Indonesia sekarang.
Sehubungan dengan perkembangan bahasa Indonesia, ada beberapa masa dan tahun bersejarah yang penting, yakni :
1. Masa Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-7. Pada waktu itu Bahasa Indonesia yang masih bernama bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca atau bahasa penghubung, bahasa pengantar. Bukti, hostoris dari masa ini antara lain prasasti atau batu bertulis yang ditemikan di Kedukan Bukit, Kota Kapur, Talang Tuwo. Karang Brahi yang berkerangka tahun 680 Masehi. Selain ini dapat disebutkan bahwa data bahasa Melayu paling tua justru dalam prasasti yang ditemukan di Sojomerta dekat Pekalongan, Jawa Tengah.
2. Masa Kerajan Malaka, sekitar abad ke-15. Pada masa ini peran bahasa Melavu sebagai alat komunikasi semakin penting. Sejarah Melayu karya Tun Muhammad Sri Lanang adalah peninggalan karya sastra tertue yang ditulis pada masa ini. Sekitar tahun 1521, Antonio Pigafetta menyusun daftar kata Italy-Melayu yang pertama. Daflar itu dibuat di Tidore dan berisi kata-kata yang dijurnpai di sana.
3. Masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, sekitar abad ke-19. Fungsi bahasa Melayu sebagai sarana pengungkap nilai-nilai estetik kian jelas. Ini dapat dilihat dari karya-karya Abdullah seperti Hikayat Abdullah, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah, Syair tentang Singapura Dimakan Api, dan Pancatanderan Tokoh lain yang Perlu dicatat di sini ialah Raja Ali Haji yang terkenal sebagai pengarang Gurindam Dua Belas, Silsilah Melayu Bugis, dan Bustanul Katibin.
4. Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan yang pertama kali oleh Prof. Ch. van Ophuysen dibantu Engku Nawawi dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan mereka yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuysen ditulis dalam buku yang berjudul Kitab Logat Melajoe.
5. Tahun 1908 pemerintah Belanda mendirikan Commissie de lndlandsche School en Volkslectuur ( Komisi Bacaan Sekolah Bumi Putra dan Rakyat) Lembaga ini mempunyai andil besar dalam menyebarkan Serta mengembangkan bahasa Melayu melalui bahan-bahan bacaan yang diterbitkan untuk umum.
6. Tahun 1928 tepatnya tanggal 28 Oktober, dalarn Sumpah Pemuda, bahasa Melayu diwisuda menjadi bahasa Nasional bangsa Indonesia sekaligus namanya diganti menjadi bahasa Indonesia. Alasan dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa nasional ini didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa tersebut (1) telah dimengerti dan dipergunakan selama berabad-abad sebagai Lingua franca hampir di seluruh daerah kawasan Nusantara, (2) strukturnya sederhana sehingga mudah dipelajari dan mudah menerima pengaruh luar untuk memperkaya serta menyempurnakan fungsinya. (3) bersifat demokratis sehingga menghindarkan kemungkinan timbulnya perasaan sentimen dan perpecahan, dan (4) adanya semangat kebangsaan yang lebih besar dari penutur bahasa Jawa dan Sunda.

"Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa jang sama, bahasa Indonesia" demikian rumusan Sumpah Pemuda yang terakhir dan yang benar.
7. Tahun 1933 terbit majalah Poedjangga Baroe yang pertama kali. Pelopor pendiri majalah ini ialah Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane, yang ketiganya ingin dan berusaha memajukan bahasa Indonesia dalam segala bidang.
8. Tahun 1938, dalam rangka peringatan 10 tahun Sumpah Pemuda diadakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, yang dihadiri ahli-ahli bahasa dan para budayawan seperti Ki Hadjar Dewantara, Prof Dr Purbatjaraka dan Prof Dr. Husain Djajadiningrat. Dalam kongres ditetapkan keputusan untuk menditikan Institut Bahasa
Indonesia, mengganti ejaan van Ophuysen, serta menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.
9. Masa pendudukan Jepang (1942-1945) Pada masa ini peran bahasa Indonesia semakin penting karena pemerintah Jepang melarang penggunnan bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh Penguasa Jepang terpaksa mengangkat bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam administrasi pemerintahan dan bahasa pengantar di lembaga pendidikan, karena bahasa Jepang sendin belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Untuk mengatasi berbagai kesulitan, akhirnya Kantor Pengajaran Balatentara Jepang mendirikan Komisi Bahasa Indonesia.
10. Tahun 1945, tepamya 18 Agustus bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa negara, sesuai dengan bunyi UUD 45, Bab XV, Pasal 36: Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
11. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan pemakaian Ejaan Repoeblik sebagai penyempummn ejaan sebelumnya Ejaan ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan Ejaan Soewandi.
12. Balai Bahasa yang dibentuk Wont 1948, yang kemudian namanya diubah menjadi Lembaga Bahasa Nasional (LBN) tahun 1968, dan dirubah lagi menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Pada tahun 1972 adalah lembaga yang didirikan dalam rangka usaha pemantapan perencanaan bahasa.
13. Atas prakarsa Mentri PP dam K, Mr. Moh. Yamin, Kongres Bahasa Indonesia Kedua diadakan di Medan tanggal 28 Oktober s.d. 1 November 1954. Dalam kongres ini disepakati suatu rumusan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, tetapi bahasa Indonesia berbeda dari bahasa Melayu karena bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang sudah disesuaikan pertumbuhannya dengan masyraakat Indonesia sekarang .
14. Tahun 1959 ditetapkan rumusan Ejaan Malindo, sebagai hasil usaha menyamakan ejaan bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu yang digunakan Persekutuan Tanah Melayu. Akan tetapi, karena pertentangan politik antara Indonesia dan Malaysia, ejaan tersebut menjadi tidak pernah diresmikan pemakaiannya.
15. Tahun 1972, pada tanggal 17 Agustus, diresmikan pemakaian Ejaan Yang Disempurnakan yang disingkat EYD. Ejaan yang pada dasarnya adalah hasil penyempurnaan dari Ejaan Bahasa Indonesia yang dirancang oleh panitia yang diketuai oleh A. M. Moeliono juga digunakan di Malaysia dan berlaku hingga sekarang.
16. Tahun 1978, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-50. bulan November di Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III. Kongres ini berhasil mengambil keputusan tentang pokok-pokok pikiran mengenai masalah pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Di antaranya ialah penetapan bulan September sebagai bulan bahasa.
17. Tanggal 21 - 26 November 1983, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, berlangsang Kongres Bahasa Indonesia IV. Kongres yang dibuka olch Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr. Nugroho Notosusanto, berhasil merumuskan usaha-usaha atau tindak lanjut untuk memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan negara.
18. Dengan tujuan yang sama, di Jakarta 1988, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V.
19. Tahun 1993, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia berikutnya akan diselenggarakan setiap lima tahun sekali.
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Sebagairmana kita ketahui dari uraian di atas, bahwa sesuai dengan ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oklober 1928 bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional, dan sesuai dengan bunyi UUD 45, Bab XV, Pasal 36 Indonesia juga dinyatakan sebagai bahasa negara. Hal ini berarti bahwa bahasa Indonesia mempunyai kedudukan baik sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.

Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa ialah status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya, yang dirumuskan atas dasar nilai sosialnya Sedang fungsi bahasa adalah nilai pemakaian bahasa tersebut di dalam kedudukan yang diberikan.


Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Sehubungan dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki empat fungsi.

Keempat fungsi tersebut ialah sebagai :
1. lambang identitas nasional,
2. lambang kebanggan nasionnai,
3. alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda, dan
4. alat perhubtmgan antarbudaya clan daerah.
Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara

Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
1. bahasa resmi negara,
2. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
3. bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nanional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
4. bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi
Bahasa Indonesia Baku
Bahasa Indonesia yang baku ialah bahasa Indonesia yang digunakan orang orang terdidik dan yang dipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa yang dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia yang baku ini biasanya ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yang dimaksud dengan kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu mengikuti kaidah atau aturan yang tetap dan mantap namun terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Ciri kecendekiaan bahasa baku dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengemhuan.
Bahasa Indonesia baku dipakai dalam :
1. komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan pengumuman instansi resmi atau undang-undang;
2. Tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku-buku ilmu pengetahuan.
3. pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah pidato, dan
4. pembicaraan dengan orang yang dihomnati atau yang belum dikenal.

Etimologi

Pengertian
Asal-usul bentuk kata dipelajari oleh etimologi. Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa kata memiliki sejarah, mempunyai asal-usul. Dia lahir, tumbuh, dan berkembang. Ada yang hidup terus dipakai orang, dan sebaliknya ada yang begitu lahir, langsung menghilang.
Kata-kata, seperti manusia, mempunyai sejarah dan mengalami perubahan, baik bentuk maupun isinya, baik bunyi maupun artinya. Kita ambil sebagai contoh, misalnya, kata iklan. Kata ini berasal dari bahasa Arab i'lam, bentuk verba imperatif yang berani 'ketahuilah!' .Sekarang sinonim dengan advertensi.
Dalam komunikasi sehari-hari kita sering rnemakai kata harta dan arti. Siapa mengira kedua kata ini ternyata memiliki sejarah kelahiran yang sama, berasal dari akar yang sama. Dan keduanya mempunyai hubungan erat dengan kata permata. Baik arti maupun harta berasal dari kata Sansekerta artha 'arti atau guna'. Harta adalah 'sesuatu yang sangat berarti atau berguna' Kata parama juga mempunyai arti yang sama, yakni parama 'utama' dan artha. Jadi secara etimologis kata itu bermakna 'arti atau guna yang utama' Dan sekarang? Apa maknanya?
Dalam bagian ini kita tidak akan menelusuri asal-usul setiap kata, tetapi kita hanya mencoba untuk memahami konsep-konsep yang menandai perubahan bentuk kata atau proses pembentukan kata, yang lazim kita sebut gejala bahause.
Gejala Bahasa atau Peristiwa Bahasa
Gejala bahasa atau peristiwa bahasa itu di antaranya ialah:

(1) Adaptasi,
penyesuaian bentuk berdasarkan kaidah fonologis, kaidah ortografis, atau kaidah morfologis

Contoh :
• vyaya menjadi biaya
• pajeg menjadi pajak
• voorloper menjadi pelopor
• fardhu menjadi perlu
• igreja menjadi gereja
• voorschot menjadi persekot
• coup d'etat menjadi kudeta
• postcard menjadi kartu pos
• certificate of deposit menjadi sertifikat deposito
• mass producIion menjadi produkmassa
(2) Analogi,
pembentukan kata berdasarkan contoh yang telah ada.

Contoh :
• Berdasarkan kata 'dewa-dewi' dibentuk kata :
putra-putri, siswa-siswi, saudara-saudari, pramugara-pramugari
• Berdasarkan kata 'industrialisasi' dibentuk kata :
hutanisasi, Indonesianisasi
• Berdasarkan kata 'pramugari' dibentuk kata :
pramuniaga, pramuwisata, pramuria, pramusaji,pramusiwi
• Berdasarkan kata 'swadesi' dibentuk kata :
swadaya, swasembada, swakarya, swasta, swalayan
• Berdasarkan kata 'tuna netra' dibentuk kata :
tuna wicara, tuna rungu, tuna aksara, tuna wisma, tuna karya, tuna susila, tuna busana.
(3) Anaptiksis (Suara Bakti),
penyisipan vokal e pepet untuk melancarkan ucapan Disebut juga suara bakti.

Contoh:
• sloka menjadi seloka
• srigala menjadi serigala
• negri menjadi negeri
• ksatria menjadi kesatria
(4) Asimilasi,
proses perubahan bentuk kata karena dua fonem berbeda disamakan atau dijadikan hampir sama.

Contoh:
• in-moral menjadi immoral
• in-perfect menjadi imperfek
• al-salam menjadi asalam
• ad-similatio menjadi asimilasi
• in-relevan menjadi irelevan
• ad-similatio menjadi asimilasi
(5) Disimilasi,
kebalikan dari asimilasi, yaitu perubahan bentuk katam yang terjadi karena dua fonem yang sama dijadikan berbeda.
Contoh :
saj jana menjadi sarjana
sayur-sayur menjadi sayur-mayur

(6) Diftongisasi,
perubahan bentuk kata yang terjadi karena monoftong diubah menjadi diftong.Jadi kebalikan monoftongisasi.
Contoh :
• sentosa menjadi sentausa
• cuke menjadi cukai
• pande menjadi pandai
• gawe menjadi gawai
(7) Monoftongisasi,
perubahan benluk kata yang terjadi karena perubahan diftong (vokal rangkap) menjadi monoftong (vokal tunggal)
Contoh :
• autonomi menjadi otonomi
• autobtografi menjadi otobiografi
• satai menjadi sate
• gulai rnenjadi gule
(8) Sandi (Persandian),
perubahan bentuk kata yang terjadi karena peleburan dua buah vokal yang berdampingan, dengan akibat jutmlah suku kata berkurang satu.
Contoh :
• keratuan menjadi keraton
• kedatuan menjadi kedaton
• sajian menjadi sajen
• durian menjadi duren
Perhatikan jumlah suku kata!

ke - ra - tu - an ~> ke - ra - ton
1 2 3 4 1 2 3

du - ri- an ~> du - ren
1 2 3 1 2


(9) Hiperkorek,
pembetulan bentuk kata yang sebenarnya sudah betul, sehingga hasilnya justru salah.
Contoh :
• Sabtu menjadi Saptu
• jadwal menjadi jadual
• manajemen menjadi menejemen
• asas menjadi azas
• surga menjadi sorga
• Teladan menjadi tauladan
• izin menjadi ijin
• Jumat menjadi Jum'at
• kualifikasi menjadi kwalifikasi
• frekuensi menjadi frekwensi
• kuantitas menjadi kwantitas
• November menjadi Nopember
• kuitansi menjadi kwitansi
• mengubah menjadi merubah
• februari menjadi Pebruari
• persen menjadi prosen
• pelaris menjadi penglaris
• system menjadi sistim
• teknik menjadi tehnik
• apotek menjadi apotik
• telepon menjadi telfon
• ijazah menjadi ijasah
• atlet menjadi atlit
• nasihat menjadi nasehat
• biaya menjadi beaya
• perusak menjadi pengrusak
• zaman menjadi jaman
• koordinasi menjadi kordinasi
(10) Kontaminasi,
disebut juga kerancuan, yaitu kekacauan dimana dua pengertian yang berbeda, atau perpaduan dua buah struktur yang seharusnya tidak dipadukan.
Contoh :
• berulang-ulang dan berkali-kali menjadi berulang-kali
• saudara-saudara dan saudara sekalian menjadi saudara-saudara sekalian
• musnah dan punah menjadi musnah
(11) Metatesis,
pergeseran kedudukan fonem, atau perubahan bentuk kata karena dua fonem alau lebih dalam suatu kata bergeser tempatnya.
Contoh :
• rontal menjadi lontar
• anteng menjadi tenang
• usap menjadi sapu
• palsu menjadi sulap
• keluk menjadi lekuk
(12) Protesis,
perubahan fonem di depan bentuk kata asal.
Contoh :
• lang menjadi elang
• mak menjadi emak
• mas menjadi emas
• undur menjadi mundur
• stri menjadi istri
• arta menjadi harta
• alangan menjadi halangan
• sa menjadi esa
• atus menjadi ratus
• eram menjadi peram
(13) Epentesis,
perubahan bentuk kata yang terjadi karma penyisipan fonem ke dalam kata asal
Contoh :
• baya menjadi bahaya
• bhayamkara menjadi bhayangkara
• gopala menjadi gembala
• jur menjadi jemur
• bahasa menjadi bahasa.
(14) Paragog,
perubahan bentuk kata karena penambahan fonem di bagian akhir kata asal.
Contoh :
• mama, bapa menjadi mamak dan bapak
• pen menjadi pena
• datu menjadi datuk
• hulu bala menjadi hulubalang
• boek menjadi buku
• abad menjadi abadi
• pati menjadi patih
• bank menjadi bangku
• gaja menjadi gajah
• conto menjadi contoh.
(15) Aferesis,
penghilangan fonem di awal bentuk asal.
Contoh :
• adhyaksa menjadi jaksa
• empunya menjadi punya
• sampuh menjadi ampuh
• wujud menjadi ujud
• bapak menjadi pak
• ibu menjadi bu.
(16) Sinkop,
penghilangan fonem di tengah atau di dalam kata asal.
Contoh :
• laghu menjadi lagu
• vidyadhari menjadi bidadari
• pelihara menjadi piara
• mangkin menjadi makin
• niyata menjadi nyata
• utpatti menjadi upeti.
(17) Apokop,
penghilangan fonem di akhir bentuk kata asal.
Contoh :
• sikut menjadi siku
• riang menjadi ria
• balik menjadi bali
• anugraha menjadi anugerah
• pelangit menjadi pelangi.
(18) Kontraksi,
gejala pemendekan atau penyingkatan suatu frase menjadi kata baru.
Contoh :
• tidak ada menjadi tiada
• kamu sekalian menjadi kalian
• kelam harian menjadi kemarin
• bagai itu menjadi begitu
• bagai ini menjadi begini.

Akronim, seperti balita, siskamling, rudal, ampera, pada dasarnya termasuk gejala kontraksi.
(19) Nasalisasi,
atau penyengauan, proses penambahan bunyi sengau atau fonem nasal, yaim /m/, /n/, /ng/, den /ny/.
Contoh :
• me baca menjadi membaca
• pe duduk menjadi penduduk
• pe garis menjadi penggaris.
(20) Palatalisasi,
penambahan fonem palatal /y/ pada suatu kata ketika kata ini dilafalkan.
Contoh :
pada kata ia, dia. pria, panitia, ksatria, bersedia, yang masing-masing dilafalkan /iya/, /priya/, /diya/. /panitiya/, dan /bersediya/. jadi palatalisasi muncul di antara vokal /i/ dan /a/ yang digunakan berdampingan.
(21) Labialisasi,
penambahan fonem labial /w/ di antara vokal /u/ dan /a/ yang berdampingan pads sebuah kata.
Contoh :
pada kata uang, buang, ruang, juang, kualitas, dan lain-lain. Selain itu, labialisasi juga muncul di antara vokal /u/ dan/e/. atau /u/ dan /i/ seperti pada kata frekuensi dan kuitansi. Pada waktu kita lafalkan
kata-kata itu, terasa sekali, bahwa di antara vokal-vokat tersebut
timbul fonem labial /w/, misalnya uang kita lafalkan /uwang/,
(22) Onomatope,
proses pembentukan kata berdasarkan tiruan bunyi-bunyi.
Contoh :
• hura-hura dari hore-hore.
• aum (suara harimau)
• meong (suara kucing)
• embik (suara kambing)
• desis (suara ular)
• desah (suara napas)
• ketuk (bunyi pintu atau meja dipukul dengan jari atau palu)
(23) Haplologi,
proses perubahan bentuk kata yang berupa penghilangan satu suku kata di tengah-tengah kata.
Contoh :
• samanantara menjadi sementara
• mahardhika menjadi merdeka
• budhidaya menjadi budaya

Semantik

Pengertian
Bagian tata bahasa atau linguistik yang mempelajari artii kata ialah semantik. Sedangkan arti atau makna ialah hubungan abstrak antara kata sebagai simbol dengan objek atau konsep yang ditunjuk atau diwakili.
Ada beberapa arti dan hubungan arti kata. Di antaranya ialah:

1. Arti leksikal,
yaitu arti kata (leksem) sebagai satuan yang bebas. Arti ini umumnya dianggap sejajar dengan arti denotatif. Biasa pula dianggap sebagai arti menurut kamus (leksikon).
2. Arti gramatikal,
ialah arti yang timbul setelah suatu bentuk ujaran mengalami proses ketatabahasaan. Arti ini juga disebut anti struktural. Misainya prefiks pe- lazim dianggap rnempunyai arti gramatikal 'alat untuk melakukan sesuatu, atau pelaku perbuatan tertentu'.
3. Arti denotatif,
disebut juga arti harfiah, arti lugas, arti sebenarnya, anti tersurat, yaitu arti yang didasarkan penunjukan secara langsung pada objek atau konsep yang dimaksud. Kata bunga dalam kalimat berikut mengandung arti denotatif .
Bunga melati harum baunya.
Untuk ulang tahunnya, saya mengirimi bunga waktu itu.
4. Arti konotatif,
sama dengan arti kias yaitu arti tersirat, yaitu arti yang didasarkan pada penunjukkan secara tidak langsung. Kata bunga dalam kalimat berikut digunakan menurut arti konotatifnya.
Yuniar adalah bunga di kelas itu.
Generasii muda adalah bunga bangsa yang harus dibina.
5. Arti idomatik,
arti yang timbul karena dua kata bersenyawa membentuk satu kesatuan dengan rnakna baru, dan makna barunya itu tidak dapat ditelusuri dan unsur pembentuknya. Contoh:
Sehubungan dengan kasus itu, dia akan dihadapkan ke meja hijau.
Jalan itu terlalu banyak polisi tidurnya.
Meja hijau = pengadilan, dan polisi tidur = tanggul penghambat, agar pengendara rnengurangi kecepatannya.

Hubungan Arti kata
Sebuah kata mempunyai hubungan arti dengan kata yang lain. Ada kata yang artinya sama dengan kata yang lain, artinya berlawanan dengan kata yang lain, atau artinya dicakup oleh kata yang lain. Berikut ini adalah macarn-macam hubungan arti.
(1) Sinonim,
ialah dua kata atau lebih yang mempunyai arti sama atau hampir sama. Misalnya :
• kitab bersinonim dengan buku,
• orang dengan manusia,
• gadungan dengan palsu,
• evakuasi dengan ungsi,
• lestari dengan abadi,
• dampak dengan pengaruh,
• kendala dengan hambatan,
• efektif dengan hasil guna,
• efisen dengan daya guna,
• devaluasi dengan penurunan nilai.
Sinonim yang hampir sama menyebabkan nuansa makna (perbedaan yang sangat halus).
Misalnya : bulat-bundar, menyongsong-menyambut.
Sinonirn yang hampir sama juga menyebabkan nilai rasa yang berbeda Misalnya : karyawan, pegawai, buruh.
(2) Antonim,
yaitu dua kata atau lebih yang artinya berlawanan. Misalnya :
• Wanita dengan lelaki,
• hidup dengan mati,
• lebar dengan sempit,
• efisien dengan boros,
• dll.
(3) Hiponim,
ialah kata-kata yang artinya dicakup oleh arti kata yang lain.
Misalnya :
arti kata melati, mawar, famboyan, anggrek dicakup oleh arti kata bunga.

Di sini melati adalah hiponim dari bunga, sedang bunga adalah hiperonim dari kata melati.

Jadi hiperonim adalah kata yang mencakup kata yang lain. Kohiponim adalah hubungan yang selajar, misalnya apel dengan anggur, kucing dengan harimau, merah dengan putih.

(4) Polisemi,
ialah kata-kata yang artinya berkaitan. Misalnya: kaki orang, kaki gunung, kaki langit, kaki bukit.
Hubungan Bentuk Kata
Dalam realitas bahasa dapat ditemukan kesamaan bentuk antara kata yang satu dengan kata yang lain, Kesamaan itu dapat berupa kesamaan tulisan, kesamaan ucapan, atau kesamaan ucapan dan tulisan sekaligus.
1. Homonim ialah dua kata atau lebih yang tulisan dan bunyinya sama sedang artinya berbeda. Misalnya bisa 'dapat', bisa 'racun', beruang yang berarti 'mempunyai uang', 'mempunyai ruang' dan yang mengandung makna 'nama binatang', serta kopi yang berarti 'sejenis minuman' dan yang bermakna 'salinan'.
2. Homofon adalah sejenis homonim, tetapi hanya bunyinya saja yang sama, sedang tulisan dan artinya berbeda. Contoh: massa dengan masa, tang dengan tank, bang dengan bank, sangsi dengan sanksi, keranjang dengan ke ranjang, dll. Seperti kita lihat, homofon yang sama hanya bunyinya.
3. Homograf, juga merupakan homonim, namun yang sama hanya tulisannya sedang bunyi dan arti berbeda. Misalnya, serang yang berarti 'menyerbu' dan serang yang nama sebuah kota; teras yang bermakna bagian depan rumah' dan teras yang berarti inti.
Perubahan Arti KataPerubahan Arti Kata
Arti suatu kata dapat berubah oleh beberapa penyebab, antara lain: perubahan nilai rasa, perubahan cakupan makna, perubahan tanggapan antara dua indera, dan perubahan makna karena persamaan sifat.
1. Peyorasi,
ialah perubahan nilai rasa menjadi lebih rendah dari yang sebelumnya. Arti kata dianggap mengalami peyorasi jika nilainya merosot, misalnya, dari yang semula bernilai hormat, menjadi hina, disukai menjadi tidak atau kurang disukai, dll. Misalnya, kata abang, perempuan, bini, gerombolam, betina, emak eksekusi, dll.
Dahulu kata abang mempunyai arti yang sejajar dengan kata kakak. Karena, terlalu sering digunakan untuk menunjuk orang-orang dari lapisan sosial bawah, seperti abang becak, abang bakso, dll, kemudian orang dari lapisan sosial tertentu tidak suka jika disapa dengan kata abang. Dengan demikian nilai kata tersebut menjadi merosot.
2. Ameliorasi
ialah perubahan nilai rasa menjadi lebih tinggi, lebih hormat, dan lebih disukai. Misalnya perubahan arti kata istri. wanita, suami, kakak, putra, dll.
3. Perluasan arti,
adalah perubahan arti kata yang semula cakupan maknanya lebih sempit dari yang sekarang. Misalnya perubahan arti pada kata saudara, bapak, ibu, berlayar, kereta api, dll.
4. Penyempitan arti.
yaitu perubahann arti dari yang semula cakupan maknanya luas kini menjadi lebih sempit. Misalnya perubahan arti pada, kata Ulama, pendeta, sarjana, pena, lafal, golongan, dan perkosa.
5. Sinestesia,
yaitu perubahan arti karena adanya pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda, misalnya kata keras, lembut, manis, dalam ungkapan kata-katanya pedas, suaranya keras, gerak tubuhnya lembut, wajahnya manis. Kata manis yang seharusnya berhubungan dengan indra pengecap di sini diterapkan pada indra penglihatan atau visual.
6. Asosiasi
ialah perubahan arti karena adanya persamaan sifat atau hubungan makna secara tidak langsung. Misalnya kata amplop dihubungkan dengan sesuatu yang dimasukkan di dalamnya, yang biasanya berupa uang untuk melicinkan persoalan. Misalnya, dalam ungkapan berikut: agar persoalan itu lekas beres, beri saja dia amplop. Begitu juga kata catut yang dihubungkan dengan arti kata korupsi.
Catatan :
Yang dimaksud dengan nilai rasa suku kata ialah kesan baik buruk, positif negatif kata tersebut. Misalnya kata tolol yang mengandung nilai rasa penghinaan, dan angka tiga belas dkanggap mempunym nilai rasa kesialan

Sintaksis

Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya.
Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau kumpulan kata disertai intonasi yang menunjukkan bahwa kesatuan itu sudah lengkap. Setiap kalimat mewakili satu gagasan utama .
Frase dan Klausa
Telah dijelaskan di atas bahwa kalimat dapat berupa kata atau kelompok kata, Kelompok kata yang membentuk satu kesatuan dan menduduki satu fungsi gramatikal dalam kalimat ialah frase. Frase tidak bersifat predikatif dan tidak mempunyai predikat
Sekelompok kata yang menjadi bagian kalimat dan memiliki predikat ialah klausa.
"Mahasiswa itu sudah mengatakan bahwa dia tidak dapat ikut ujian bahasa Indonesia".
Kalimat di atas terdiri atas dua klausa.
a. Mahasiswa itu sudah mengatakan dan
b. bahwa dia tidak dapat ikut ujian bahasa Indonesia.
Klausa (a) merupakan klausa bebas, secara potensial dapat berdiri sendiri dan mampu menjadi kalimat.

Klausa (b) adalah klausa terikat atau klausa yang menjadi bagian klausa bebas, yang dalam kalimat di atas menjadi objek verba transitif mengatakan.
Kalimat demikian termasuk kalimat majemuk bertingkat atau subordinatif.
Yang merupakan frase dalam kalimat di atas ialah
a. mahasiswa itu,
b. ujian bahasa Indonesia, yang merupakan frase nominal, dan
c. sudah mengatakan, serta
d. tidak dapat ikut, yang merupakan frase verba

Frase dan Klausa ditinjau dari inti kata
1. Frase nominal,
yaitu frase yang intinya nomina, atau kata benda, dan dapat berfungsi menggantikan kata benda, buku tulis, lemari arsip, guru bahasa Indonesia, ibu bapak, para orang tua, dll.
2. Frase verbal,
yang intinya verba dan dapat mengganti kedudukan verba dalam kalimat. Misalnya :
sedang belajar, sudah belajar, tidak belajar, akan belajar, tidak harus belajar, tidak akan ingin belajar, dll.
3. Frase adjektival,
yang intinya kata sifat atau adjektiva. Misalnya :
sungguh pintar, cukup pintar, agak pintar, paling pintar, pintar sekali.
4. Frase preposisional,
yang salah satu unsurnya kata depan atau preposisi. Contoh :
di depan, dari depan, ke depan, oleh mereka, kepada kami, dengan tangan kiri, dll
Frase dan Klausa ditinjau dari kelas kata

1. Frase endosentris :
sebuah susunan yang merupakan gabungan dua kata atau lebih ,yang menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan itu sama dengan kelas kata dari salah satu (atau lebih) unsur pembentuknya.

Contoh :
guru agama (kata benda)  guru (kata benda) agama (kata benda)
gadis cantik (kata benda)  gadis (kata benda) cantik (kata sifat)
Frase endosentris dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Frase bertingkat (frase subordinatif, frase atributif ) :
frase yang mengandung unsur inti (D) dan unsur penjelas (M).
Contoh:
baju baru
D M

anak manis
D M

sebatang rokok kretek
M D M

sebuah rumah mewah
M D M

seorang guru
M D

sepotong roti
M D
2. Frase setara (frase koordinatif): frase yang mengandung dua buah unsur inti (tidak ada unsur penjelas/atribut).
Contoh:

suami istri
sawah ladang
sanak saudara
2. Frase Eksosentris:
sebuah susunan yang merupakan gabungan dua kata (atau lebih) yang menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan itu tidak sama dengan kelas kata dari salah satu(atau lebih) unsur pembentukannya.

Contoh :
dari sekolah (kata keterangan)  dari (kata depan) sekolah (kata benda),

yang memimpin(kata benda)  yang (kata tugas) memimpin (kata kerja)
Frase dan Klausa ditinjau dari makna frase
1. Frase idiomatik, kelompok kata yang maknanya merupakan idiom (ungkapan), memiliki arti konotatif. Misalnya, bermental baja, membanting tulang.
2. Frase biasa, yang memiliki arti sebenarnya. Misalnya, rumah Ateng, sedang pergi
Jabatan atau Fungsi Gramatikal Kalimat
Kalimat umumnya terdiri atas kumpulan kata. Kata ataupun kelompok kata dalam kalimat memiliki fungsi sesuai dengan kedudukannya. Fungsi kata atau kelompok kata dalam kalimat inilah yang dinamakan jabatan kalimat atau fungsi gramatikal kalimat. yang di antaranya ialah :

1. Subjek atau pokok kalimat,
yaitu bagian kalimat yang menjadi pokok pembicaraan atau masalah pokok. Jabatan ini lazimnya diduduki oleh nomina atau frase nominal.

(1) Buku sekarang mahal.
(2) Kejujuran sudah merupakan barang langka saat ini.
(3) Rapat itu membahas kurikulum.
Umumnya subjek tidak dapat didahului oleh preposisi seperti di, dalam, bagi, kepada, dari, dengan, untuk, dll.

Kalimat di bawah ini rancu atau tidak baku, dan dapat dibakukan dengan menghilangkan preposisinya.
(4)* Dalam rapat itu membicarakan kurikulum.
(5)* Kepada para mahasiswa perlu diajar bahasa Indonesia .
(6)* Dengan kejadian itu menunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres.

Kalimat di atas seharusnya demikian :

(4a) Rapat itu membicarakan kurikulum. atau
(4b) Dalam rapat itu dibicarakan kurikulum.

(5a) Para mahasiswa perlu diajar bahasa Indonesia.
(5b) Bahasa Indonesia perlu diajarkan kepada para mahasiswa

(6a) Kejadian itu menunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres.
(6b) Dengan kejadian itu ditunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres.

2. Predikat, atau sebutan
ialah bagian kalimat yang menandai apa yang dibicarakan tentang subjek. Predikat sebuah kalimat dapat berupa nomina atau frase nominal, verba atau frase verbal, adjektiva atau frase adjektival, frase preposisional, dan kata bilangan atau numeralia, seperti kita lihat pada kalimat berikut.

(7) Suaminya guru.
(8) Suaminya bekerja
(9) Suaminya rajin.
(10) Suaminya dari kantor.
(11) Rumahnya satu.

3. Objek
adalah bagian kalimat yang mengikuti verba transitif atau yang melengkapi predikat verbal transitif.
Ada dua macam :
1. objek langsung, yaitu yang menjadi tujuan langsung dari tindakan yang dimaksud oleh verbanya, dan
2. objek tak langsung. Objek langsung tidak dapat didahului oleh preposisi.
(12) Kami akan bertemu lagi dan akan membicarakan tentang soal itu.
(13) Guru itu sering memberi saya tugas.
(14) Guru itu menjanjikan sesuatu kepada saya.

Dalam kalimat (12) soal itu adalah objek langsung, dengan demikian penyisipan preposisi tentang tidak dibenarkan. Jadi kalimat itu rancu dan tidak baku, dan dapat dibakukan dengan menghilangkan preposisi tentang.
Dalam kalimat (13) saya adalah objek langsung, dan tugas merupakan objek tidak langsung
Sedangkan dalam kalimat (14) yang menjadi objek langsung ialah sesuatu, dan yang tidak langsung adalah saya.

4. Keterangan
adalah bagian kalimat yang memberi kejelasan tentang kapan, di mana, dan bagaimana peristiwa yang diutarakan dalam kalimat itu berlangsung.
1. Keterangan tempat :
(15) Pedagangh itu menjajakan barangnya di kota.
(15a) Dia melamar pekerjaan di kantor tempat adiknya bekerja.
2. Keterangan waktu :
(16) Anaknya menulis surat itu kemarin.
(16a) Dia menulis surat itu ketika saya masuk ke kamarnya.
3. Keterangan sebab :
(17) Anaknya tidak masuk sekolah karena sakit.
(17a) Budiman tidak masuk sekolah karena ia sakit dan harus ke dokter.
4. Keterangan kecaraan :
(18) la membaca dengan tekun.
(18a) la membaca dengan suara keras dan nyaring.
5. Keterangan tujuan :
(19) la belajar tekun supaya lulus.
(19a) la belajar tekun supaya tahun depan ia dapat ikut cepat tepat.
6. Keterangan syarat :
(20) Pelajar itu diizinkan masuk kelas jika rapi.
(20a) Pelajar itu diizinkan masuk kelas jika bajunya sudah rapi.
Pola Kalimat

Pola kalimat ialah susunan fungsi gramatikal yang tepat untuk mewujudkan suatu kalimat. Dalam bahasa Indonesia banyak pola yang mungkin disusun, antara lain sebagai berikut:

1. Subjek-Predikat, atau S-P
(21) Dia membaca.
(22) Gadis berambut panjang itu tidak di sini lagi.
2. Subjek-Predikat-Objek, atau S-P-O
(23) Dia membaca buku bahasalndonesia.
(24) Anwar mengembalikan buku saya.
3. Subjek-Predikat-Objek-Keterangan, atau S-P-O-K
(25) Anaknya meminjam kamus kemarin.
(26) Direktur ilu menandatangani perjanjian tersebut dengan terpaksa
4. Predikat-Subjek, atau P-S
(27) Belum dikembalikan juga buku saya.
(28) Sedang tidur ayah.
5. Subjek-Predikat-Keterangan, atau S-P-K
(29) Sekretarisnya sedang mengetik di ruang sebelah.
(30) Pelajar itu menyimak dengan penuh perhatian.
6. K-S-P-01-02-K
(31) Pada waktu itu dia menyerahkan bingkisan kepada pembantunya secara diam-diam.
(32) Karena hujan dan meminjami saya sebuah payung kemarin
Pola Dasar Kalimat bahasa Indonesia

Pola dasar kalimat adalah tinjauan terhadap fungsi subjek dan predikat kalimat berdasarkan kelas kata yang menduduki kedua fungsi tersebut. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Kata Benda + Kata Benda
(33) Paman saya pedagang.
(34) Itu rumah paman.

2. Kata Benda + Kata Kerja
(35) Paman Ateng melawak
(36) Iwan yang pandai itu pergi.

3. Kata Benda + Kata Sifat
(37) Kelinci itu lucu sekali.
(38) Motor Honda Samsu rusak.

4. Kata Benda + Kata Tugas
(39) Ibu ke pasar.
(40) Nenek dari Bandung..

Ragam Kalimat

Dengan sejumlah kosa kata yang kita kuasai, kita dapat menyusun berbagai jenis kalimat sesuai dengan pikiran, gagasan, atau perasaan yang ingin kita utarakan. Variasi bentuk atau jenis
kalimat ini lazim disebut ragam kalimat.
Berdasarkan kandungan informasi (isi) dan intonasinya, kalimat dapat dibedakan atas :

1. Kalimat deklaratif atau kalimat pernyataan,
yaitu kalimat yang mengandung informasi tentang suatu hal untuk disampaikan kepada orang kedua agar yang bersangkutan memakluminya.

(41) Besok paman pergi ke Medan.
(42) Menyerah kepada takdir bukan berarti menyerah untuk kalah karena sesungguhnya manusia ditakdirkan untuk menang.
(43) Kecemburuan pribumi terhadap nonpribumi, terutama golongan Cina, saya pikir hanya karena perbedaan status sosia.l
2. Kalimat interogatif atau kalimat tanya,
ialah yang berisi permintaan agar orang kedua memberi informasi tentang sesualu.

(44) Dia pergi ke situ?
(45) Siapa menurut pendapatmu yang akan lulus?
(46) Hidup sederhana sudah sering dan sudah lama kita gembar-
gemborkan. Tetapi hasilnya?
(47) Benarkah generasi muda sukar diajak maju? Ataukah sebaliknya generasi tua yang kurang mampu menawarkan kesempatan?
3. Kalimat imperatif atau kalimat perintah,
yaitu kalimat yang mengandung permintaan agar orang kedua melakukan tindakan atau mengambil sikap tertentu sesuai dengan kata kerja yang dimaksud. Contoh:

(48) Silakan dipahami kenyataan bahwa kaum tua-muda, wajib saling menghargai untuk saling melengkapi.
(49) Sebagai kaum tua, Saudara harus ,sadar bahwa dalam diri kaum muda pun tersirat nilai-nilai dan harapan yang jauh lebih sesuai dengan situasi baru serta dunianya sendiri.
(50) Sebaliknya kalian, kaum muda, harap mencari, bimbingan dan pegangan dari kaum tua yang lebih berpengalaman, sebab kamu tak akan dapat bergerak meraba-raba dalam gelap menuju ide atau cita-cita.
Berdasarkan jenis kata yang menduduki fungsi atau jabatan predikat kalimat dibedakan atas:

1. Kalimat verbal.
yaitu yang predikatnya kata kerja.

(51) Adik tidur.
(52) Dia tidak melamun, tetapi berpikir,
(53) Rasa hormat memang tidak selalu mendatangkan persahabatan, tetapi persahabatan selalu menuntut adanya rasa hormat dan mustahil tanpa itu.

2. Kalimat nominal,
yang predikatnya bukan kata kerja.

(54) Nartosabdo dalang.
(55) Mereka murid-murid kebanggaan.
(56) Pelajar di sekolah ini hampir semuanya rajin dan disiplin
(57) Yang bersampul merah berada di meja kami.

Berdasarkan jumlah unsur pusat dan penjelasannya:
1. Kalimat inti,
ialah kalimat yang terdiri dari dua unsur pusat atau inti.

(58) Adik menangis.

2. Kalimat transformasi,
ialah kalimat inti yang mengalami
a. Pembalikan susunan
(59) Menangis adik.

b. Perubahan intonasi
(60) Adik menangis?
(61) Adik, menangis?

c. Perluasan
(62) Adik saya sedang menangis dikamar.

d. Penegasian
(63) Adik tidak menangis.
Berdasarkan jumlah klausa serta sifat hubungan antarklausanya, kita mengenal kalimat tunggal, kalimat majemuk setara kalimat kompleks, dan kalimat majemuk rapatan.

1. Kalimat tunggal
ialah yang hanya mengandung satu klausa atau yang hanya mempunyai satu objek dan satu predikat.

(64) Kita perlu berkreasi.
(65) Mahasiswa itu mengadakan penelitian
(66) Kini mahasiswa itu sedang mengadakan penelitian tentang fluktuasi harga semen.

2. Kalimat majemuk setara,
bila hubungan antara kedua pola itu sederajat, maka terdapatlah kalimat majemuk yang setara. Hubungan setara itu dapat diperinci lagi atas:
a. Setara menggabungkan: penggabungan ini dapat terjadi dengan merangkaikan dua kalimat tunggal dengan diantarai kesenyapan antara atau dirangkaikan dengan kata-kata tugas seperti :
dan, lagi, sesudah itu, karena itu

(67) Saya menangkap ayam itu, dan ibu memotongnya.
(68) Ayah memanjat pohon mangga itu, sesudah itu dipetiknya beberapa buah.
b. Setara memilih: kata tugas yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah : atau.

(69) Engkau tinggal saja di sini, atau engkau ikut dengan membawa barang itu.
c. Setara mempertentangkan: kata-kata tugas yang dipakai dalam hubungan ini adalah : tetapi, melainkan,hanya

(70) Adiknya rajin, tetapi ia sendiri malas .
(71) la tidak meniaga adiknya, melainkan membiarkannya saja.
d. Setara menguatkan: kata tugas yang digunakan :
bahkan. lagipula lagi.

(72) Anak ini pintar, bahkan budi pekertinya baik.
3. Kalimat kompleks
yang disebutl juga kalimat majemuk bertingkat, yaitu kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua klausa, sedangkan klausa yang satu menjadi bagian klausa yang lain.
Klausa yang menjadi bagian klausa yang lain disebut klausa terikat atau anak kalimat, sedang klausa yang memuat klausa terikat dinamakan klausa bebas.

(73) Saya tidak tahu kapan ayahnya kembali.
(74) Saya sendiri, yang sudah sedemikian dekat kepadanya,juga tidak tahu apa sebenamya yang dla lnginkan sehingga tega berbuat semacam itu terhadap istrinya.

4. Kalimat majemuk rapatan
adalah gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek atau predikatnya sama maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.

(75a) Pekerjaannya hanya makan.
(75b) Pekerjaannya hanya tidur.
(75c) Pekerjaannya hanya merokok.

Semua kalimat tersebut kemudian dirapatkan menjadi:

(75d) Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok.
(76a) Mereka tidak perlu tahu kapan kita harus pergl
(76b) Mereka tidak perlu tahu bagaimana kita harus pergi.
Yang pentlng tugas itu harus terlaksana.

Kedua kalimat tersebut kemudian dirapatkan menjadi:

(76c) Mereka tidak perlu tahu kapan dan bagaimana kita harus pergi. Yang penting tugas ltu harus tertaksana.

Berdasarkan cara penyampaian pendapat atau ujaran orang ketiga, kalimat dibedakan atas kalimat langsung dan kalimat tak langsung.

5. Kalimat langsung
yaitu yang menyatakan pendapat orang ketiga dengan mengutip kata-katanya persis seperti waktu dikatakannya.

(77) "Aku benar-benar mencintaimu.Aku ingin kau menjadi millkkul" kata ibu kepada ayah.
(78) "Kontak batin antara lbu dan anak," katanya, "ialah rahmat Tuhan yang tak ternilai harganya."

6. Kalimat tak langsung
kebalikan kalimat langsung, yaitu yang menyatakan isi ujaran orang ketiga tanpa mengulang kata-katanya secara tepat. Misalnya :

(79) Dia mengatakan bahwa kontak batin antara ibu dan anak adalah rahmat Tuhan ya,ng tak ternilai harganya.
(80) D. J Schwartz menegaskan bahwa, yang pentlng bukan kenapa kita tidak maju, tetapl bagaimana kita harus maju.
Berdasarkan lengkap tidaknya unsur utama, kalimat dibedakan atas kalimat lengkap dan kalimat elips.

7. Kalimat elips
disebut juga kalimat tidak sempurna atau kalimat tak lengkap, yaitu kalimat yang sebagian unsurnya dihilangkan karena dianggap sudah jelas dari konteksnya.

(81) Ah, masa?
(82) Yah... mudah-mudahan saja!

Berdasarkan urutan kedudukan subjek dan predikatnya, kalimat dibedakan atas kalimat normal dan kalimat inversi.

8. Kalimat inversi,
disebut juga kalimat susun balik yaitu predikatnya mendahului subjek. Contoh:

(83) Telah dibenahi kakak semua mainan adik
(84) Sadarlah Andi bahwa mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri adalah jalan terbaik menuju bahagia.
(85) Dialah pencurinya.

Berdasarkan diatesis, kalimat dibedakan atas kalimat aktif dan kalimat pasif.

9. Kalimat aktif
yaitu yang subjeknya dianggap melakukan tindakan seperti yang dimaksud oleh kata kerjanya.

(86) Amat belajar.
(87) Kita dapat mengenal watak seseorang dengan jalan mengetahui
dengan siapa saja dia bisa bergaul.
(88) Amsah sedang tidur.

10. Kalimat pasif
ialah kalimat yang mengandung predikat verbal yang menunjukkan bahwa subjek menjadi tujuan dan sasaran perbuatan yang dimaksud oleh verba tersebut. Contoh:

(89) Bukunya sadah diambil.
(90) Bingkisan tersebut sudah mereka kirim.
(91) Tidak lama setelah dibebaskan dari hukuman itu, dia ketahuan mencuri lagi.
(92) Akhirnya persoalan itu terselesaikan juga.

11. Kalimat minor
yaitu yang hanya mengandung satu unsur pusat atau inti.

(93) Diam!
(94) Sangat bahagia.
(95) Silakan saja!
(96) Apa?

12. Kalimat mayor
yaitu yang mengandung lebih dari satu unsur pusat

(97) Dia sudah berangkat
(98) Kasur kakak rusak
(99) Jika ingat melakukan kebajikan, lakukanlah sekarang; jika bermaksud berbuat kejahatan tundalah hingga esok

Morfologi

Pengertian

Bidang linguistik atau tata bahasa yang mempelajari kata dan proses pembentukan kata secara gramatikal disebut morfologi. Dalam beberapa buku tata bahasa, morfologi dinamakan juga tata bentukan.
Satuan ujaran yang mengandung makna (leksikal atau gramatikal) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang rnenjadi bagian dari kata disebut morfem.Berdasarkan potensinya untuk dapat berdiri sendiri dalam suatu tuturan, rnorfem dibedakan atas dua macam yaitu :
1. morfem terikat, morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri, sehingga harus selalu hadir dengan rnengikatkan dirinya dengan modem bebas lewat proses morfologs, atau proses pembentukan kata, dan
2. morfem bebas, yang secara potensial mampu berdiri sendiri sebagai kata dan secara gramatikal menduduki satu fungsi dalam kalimat.

Dalam bahasa Indonesia morfem bebas disebut juga kata dasar. Satuan ujaran seperti buku, kantor, arsip, uji, ajar, kali, pantau, dan liput rnerupakan modem bebas atau kata dasar; sedang me-, pe-, -an, ke - an, di-, ,swa-, trans-, -logi, -isme merupakan morfem terikat.

Sebuah morfem, jika bergabung dengan morfem lain, seting mengalami perubahan. Misalnya, morfem terikat me dapat berubah menjadi men-, mem-, meny-, menge-, dan menge- sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Variasi modem yang terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alomor
Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar menjadi suatu bentuk jadian. Proses ini , meliputi afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).
Sebelum diuraikan lebih lanjut tentang ketiga proses morfologis di atas perlu ditegaskan terlebih dahulu tiga istilah pokok dalam proses ini, Yaitu kata dasar, bentuk dasar, dan unsur langsung.
Kata dasar :
kata yang belum berubah, belum mengalami proses morfologis, baik berupa proses penambaban imbuhan, proses pengulangan, rnaupun proses pemajemukan.

Bentuk dasar :
bentuk yang menjadi dasar dalam proses morfologis, dapat benupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan dapat pula berupa kata majemuk.

Unsur langsung :
bentuk dasar dan imbuhan yang membentuk kata jadian.
Afiksasi (Penambahan Imbuhan)
Dalam tata bahasa tradisional afiks disebut imbuhan, yaitu morfem terikat yang dapat mengubah makna gramatikal suatu bentuk dasar. Misalnya me- dan -kan, di- dan -kan, yang dapat mengubah arti gramatikal seperti arsip menjadi mengarsipkan, diarsipkan.
Proses penambahan afiks pada sebuah bentuk dasar atau kata dasar imiah yang disebut afiksasi.
Afiks yang terletak di awal bentuk kata dasar. seperti ber-, di-; ke-, me-, se-, pe-, per-, ter-, pre-, swa-,adalah prefiks atau awalan.
Yang disisipkan di dalam sebuah kata dasar, seperfi -em, -er-, -el-, di-sebut infiks atau sisipan.
Yang terletak di akhir kata dasar, seperti -i -an, -kan, -isme, -isasi, -is, -if dan lain-lain dinamakan sufiks atau akhiran.
Gabungan prefiks dan sufiks yang membenluk satu kesatuan dan bergabung dengan kata dasarnya secara serentak seperti :
ke-an pada kata keadilan, kejujuran, kenakalan, keberhasilan, kesekretarisan, pe-an seperti pada kata pemberhentian, pendahuluan, penggunaan, penyatuan, dan
per-an sebagaimana dalam kata pertukangan, persamaan, perhentian, persatuan dinamakan konfiks.
Ingat, karena konfiks sudah membentuk satu kesaman, maka harus tetap dihitung satu morfem. Jadi kata pemberhentian dihitung tiga morfem, bukan empat, Bentuk dasarnya henti, satu morfem, mendapat prefiks ber-, satu morfem, dan mendapat konfiks pe-an yang juga dihitung Satu morfem, maka semuanya tiga morfem.
Fungsi dan Arti Afiks
Tidak semua afiks dibicarakan di sini. Yang akan dibahas hanya afiks-afiks yang memiliki frekuensi kemunculan dalam soal-soal tinggi.
1. Prefiks me-,
berfungsi membentuk kata kerja atau verba. Prefiks ini mengandung arti struktural.
a. 'melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar' contoh:
menari, melompat, mengarsip, menanam, menulis, mencatat.
b. 'membuat jadi atau menjadi' contoh :
menggulai, menyatai, menjelas, meninggi, menurun, menghijau, menua
c. mengerjakan dengan alat' contoh :
mengetik, membajak, mengail mengunci, mengetam
d. berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai' contoh: membujang, menjanda, membabi buta
e. mencari atau mengumpulkan' contoh :
mendamar, merotan.
f. dll.
2. Prefiks ber,
berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat, dan kata kerja sendiri) Prefiks ini mengandung arti :
a. 'mempunyai' contoh :
bernama, beristri, beruang, berjanggut
b. 'memakai' contoh :
berbaju biru, berdasi, berbusana.
c. melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif)' contoh : berhias, bercukur, bersolek
d. 'berada dalam keadaan' contoh :
bersenang-senang, bermalas-malas, berpesta-ria, berleha-leha.
e. 'saling', atau 'timbal-balik' (resiprok) contoh :
bergelut, bertinju bersalaman, berbalasan.
f. dll.
3. Prefiks pe-, berfungsi membentuk kata benda.(dan kata kerja, kata sifat, dan kata benda sendiri). Prefiks ini mendukung makna gramatikal :
a. 'pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar contoh : penguji, pemisah, pemirsa, penerjemah, penggubah, pengubah, penatar, penyuruh, penambang.
b. 'alat untuk me...' contoh :
perekat, pengukur, penghadang, penggaris
c. 'orang yang gemar' contoh :
penjudi, pemabuk, peminum, pencuri pecandu, pemadat.
d. 'orang yang di ...' contoh :
petatar, pesuruh.
e. 'alat untuk ...' contoh :
perasa, penglihat, penggali.
f. dll.
4. Prefiks per-, befungsi membentuk kata kerja imperatif. Mengandung arti :
a. 'membuat jadi' (kausatif) contoh: perbudak, perhamba, pertuan.
b. 'membuat Iebih' contoh. pertajam, perkecil, perbesar, perkuat
c. `menbagi jadi' contoh: pertiga, persembilan dll.
5. Prefiks di-, berfungsi membentuk kata kerja, dan menyatakan makna pasif, contoh :
diambil, diketik, ditulis, dijemput, dikelola.
6. Prefiks ter-, berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki antara lain ialah :
a. ' dalam keadaan di ' contoh :
terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat.
b. ' dikenai tindakan secara tak sengaja ', contoh :
tertinju, terbawa, terpukul.
c. ' dapat di- ', contoh :
terangkat, termakan, tertampung.
d. ' paling (superlatif) ', contoh :
terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.
e. dll.
7. Prefiks ke-, berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata benda, dan kata kerja.

Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- bermakna gramatikal 'yang di ... i', atau 'yang di ... kan', seperti pada kata kekasih dan ketua.
8. Sufiks -an, berfungsi membentuk kata benda.
Prefiks ini mengandung arti :
a. ' hasil ' atau ' akibat dari me- ' contoh :
tulisan, ketikan, catatan, pukulan, hukuman, buatan,tinjauan, masukan.
b. ' alat untuk melakukan pekerjaan ' contoh :
timbangan, gilingan, gantungan.
c. ' setiap ' contoh :
harian, bulanan, tahunan, mingguan.
d. ' kumpulan ', atau ' seperti ', atau ' banyak ' contoh :
lautan, durian, rambutan.
e. dll.
9. Konfiks ke-an, berfungsi membentuk kata benda abstrak, kata sifat, dan kata kerja pasif. Konfiks ini bermakna :
a. ' hal tentang ' contoh :
kesusastraan, kehutanan, keadilan, kemanusiaan, kemasyarakatan, ketidakmampuan, kelaziman.
b. ' yang di...i ' contoh :
kegemaran ' yang digemari ', kesukaan ' yang disukai ', kecintaan ' yang dicintai '..
c. ' kena ', atau ' terkena ' contoh :
kecopetan, kejatuhan, kehujanan, kebanjiran, kecolongan.
d. ' terlalu 'contoh :
kebesaran, kekecilan, kelonggaran, ketakutan.
e. ' seperti ' contoh :
kekanak-kanakan, kemerah-merahan.
f. dll.
10. Konfiks pe-an, berfungsi membentuk kata benda. Arfi konfiks ini di antaranya ialah :
a. ' proses ' contoh :
pemeriksaan ' proses memeriksa ',
penyesuaian ' proses menyesuaikan ',
pelebaran ' proses melebarkan '.
b. ' apa yang di- ' contoh :
pengetahuan ' apa yang diketahui ',
pengalaman ' apa yang dialami ' ,
pendapatan ' apa yang didapat '
c. dll.


11. Konfiks per-an, befungsi membentuk kata benda. Arti konfiks ini ialah :
a. ' perihal ber- ' contoh :
persahabatan ' perihal bersahabat ',
perdagangan ' perihal berdagang ',
perkebunan ' perihal berkebun ',
pertemuan ' perihal bertemu '.
b. ' tempat untuk ber- ' contoh :
perhentian, perburuan persimpangan, pertapaan.
c. ' apa yang di ' contoh :
pertanyaan, perkataan.
d. dll.
Afiks Produktif dan Afiks Improduktif
Afiks produktif ialah afiks yang mampu menghasilkam terus dan dapat digunakan secara teratur membentuk unsur-unsur baru.
Yang termasuk afiks produktif ialah :
me-, di-, pe-, ber-, -an, -i, pe-an, per- an, dan ke-an.
Sedangkan yang termasuk afiks improduktif ialah :
sisipan -el-, -em-, er-, atau akhiran -wati,
Afiks Serapan
Untuk memperkaya khazanah bahasa Indonesia, kita menyerap unsur-unsur dari bahasa daerah dan bahasa asing. Conloh afiks serapan :
1. dwi- :
dwlingga, dwipurwa, dwiwarna, dwipihak, dwifungsi.
2. pra- :
praduga, prasangka, prasejarah, prasarana, prakiraan, prasaran, prabakti, prasetia, prawacana, prakata.
3. swa- :
swalayan. swadesi, swasembada, swapraja, swatantra, swadaya, swasta.
4. awa- :
awamang, awagas, awabau, awaracun, awalengas.
5. a-, ab- :
asusila, amoral, ateis, abnormal.
6. anti- :
antipati, antiklimaks, antitoksin, antihama, antiseptik
7. homo- :
homogen, homoseks, homofon, homonim, homograf, homorgan.
8. auto- : autodidak, autokrasi, autobiografi, automobil, autonomi.
9. hipo- :
Hiponim,hipotesis, hipokrit, hipovitaminosis.
10. poli- :
polisemi, poligami, poliandri, polisilabis, poliklinik
11. sin- :
sintesis, sinonim, sintaksis, sinkronis, simpati, simposium
12. tele- :
telepon, telegraf, telegram, telepati, teleskop, teleks.
13. trans- :
transaksi, transisi, transportasi, transkripsi, transmisi, transliterasi, transfirmasi, transmigrasi,transfer, transitif.
14. inter- :
interaksi, interelasi, interupsi, internasional, intersuler, intermeso, interlokal, dan lain - lain.
15. isasi- :
modernisasi, tabletisasi, pompanisasi, kuningisasi, dan lain-lain



Reduplikasi (Pengulangan
Reduplikasi adalah proses pembentukan kata dengan cara mengulang bentuk dasar. Ada beberapa macam reduplikasi, sebagai berikut :
1. Kata ulang penuh, yaitu yang diperoleh dengan mengulang seluruh bentuk dasar ; ada dua. macam :
a. Yang bentuk dasarnya sebuah morfem bebas, disebut dwilingga :
ibu-ibu, buku-buku, murid-murid
b. Yang bentuk dasarnya kata berimbuhan :
ujian-ujian, kunjungan-kunjungan, persoalan-persoalan
2. Dwipurwa, yang terjadi karena pengulangan suku pertama dari bentuk dasarnya :
reranting, lelaki, leluhur, tetangga, kekasih, lelembut

Di antara dwipurwa ada yang mendapat akhiran, seperti kata ulang pepohonan, rerumputan, dan tetanaman.
3. Dwilingga salin suara adalah dwilingga yang mengalami perubahan bunyi :
sayur-mayur, mondar-mandir, gerak-gerik, bolak-baliki,seluk-beluk, compang-camping, hingar-bingar, hiruk-pikuk, ramah-tamah, serba-serbi, serta-merta, dan lain-lain.
4. Kata ulang berimbuhan :
berjalan-jalan, anak-anakan, guruh-gem uruh, rias-merias, tulis-menulis, berbalas-balasan, kekanak-kanakan, mengulur-ulur, meraba-raba, menjulur-julurkan, dan lain-lain.
5. Kata ulang semu ( bentuk ini sebenarnya merupakan kata dasar, jadi bukan hasil pengulangan atau redupikasi ) :
laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, dan empek-empek
Arti Reduplikasi
Reduplikasi menyatakan arti antara lain sebagai berikut:
1. 'Jamak'
Murid-murid berkumpul di halaman sekolah. Di perpusatakaan terdapat buku-buku pelajaran.
2. 'intensitas kualitatif'
Anto menggandeng tangan Anti erat-erat. Baju yang dijual di toko itu bagus-bagus.
3. 'intensitas kuantitatif'
Berjuta-juta penduduk Bosnia menderita akibat perang berkepanjangan. Kapal itu mengangkut beratus-ratus peti kemas.
4. 'intensitas frekuentatif'
Orang itu berjalan mondar-mandir. Pada akhir bulan ini ayah pergi-pergi saja. Berkali-kali anak itu dimarahi ibunya.
5. 'melemahkan'
Warna bajunya putih kehijau-hijauan. Wati tersenyum kemalu-maluan melihat calon mertuanya datang.
6. 'bermacam-macam'
Pepohonan menghiasi puncak bukit itu. lbu membeli buah-buahan. Sayur-mayur dijual di pasar itu.
7. 'menyerupai'
Tingkah laku orang itu kekanak-kanakan. Orang-orangan dipasang di tengah sawah. Adik bermain mobil-mobilan.
8. 'resiproks (saling)'
Mereka tolong-menolong menggarap ladang. Kedua anak itu berpukul-pukulan setelah cekcok mulut
9. 'dalam keadaan'
Dimakannya singkong itu mentah-mentah. Pada zaman jahiliyah banyak orang dikubur hidup-hidup.
10. 'walaupun meskipun'
Kecil-kecil, Mang Memet berani juga melawan perampok itu.
11. 'perihal'
Ibu-ibu PKK di Kampung Bugis menyelenggarakan kursus masak-memasak dan jahit-menjahit. Sekretatis di kantor kami bukan hanya menangani surat-menyurat, tetapi juga pembukuan dan daftar gaji pegawai.
12. 'seenaknya, semaunya atau tidak serius'
Saya melihat tiga orang remaja duduk-duduk di hawah pohon Kerjanya hanya tidur-tiduran saja. Adik membaca-baca majalah di kamar.
13. 'tindakan untuk bersenang-senang'
Mereka makan-makan di restoran tadi malam
Komposisi
Komposisi ialah proses pembentukan kata majemuk atau kompositum. Kata majemuk ialah gabungan kata yang telah bersenyawa atau membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti baru, contoh : kamar mandi, kereta api, rumah makan, baju tidur.
Gabungan kata yang juga membentuk satu kesatuan, tetapi tidak menimbulkan makna baru disebut frase, contoh: sapu ijuk, meja itu, kepala botak, rambut gondrong, mulut lebar.
Jenis kata Majemuk
1. Kata majemuk setara, yang masing-masing unsurnya berkedudukan sama, contoh :
tua muda, laki bini, tegur sapa, besar kecil, ibu bapak, tipu muslihat dan baik buruk
2. Kata majemuk bertingkat, yaitu yang salah satu unsurnya menjelaskan unsur yang lain. Jenis kata majemuk itu bersifat endosentris, yakni salah satu unsurnya dapat mewakili seluruh konstruksi, contoh :
kamar mandi, sapu tangan, meja gambar, dan meja tulis.
Kelas Kata
Kata ialah satuan bahasa terkecil yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun arti gramatikal, dan yang dapat berdiri sendiri serta dapat dituturkan sebagai bentuk bebas.
Ada dua jenis kata: kata dasar, yakni kata yang belum mengalami proses morfologis, dan kata jadian, yakni kata yang sudah mengalami proses morfologis.
Yang termasuk kata jadian ialah kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk.
Kata dasar sering juga dinamakan kata tunggal, yaitu kata yang hanya terdiri atas satu morfem, sedangkan kata Jadian yang terdiri atas beberapa morfem, disebut juga kata kompleks.
Kelas kata ialah pengelompokan kata berdasarkan perilaku atau sifat kata tersebut dalam kalimat. Kata-kata yang memiliki sifat atau perilaku sama dikelompokkan dalam satu kelas kata. Misalnya:
la tidak belajar. Ia bukan pelajar. Ia agak tinggi.
Ia tidak membaca. Ia bukan pemalas. Ia lebih tinggi.
la tidak bekerja. Ia bukan guru. Ia paling tinggi.
Kata belajar, membaca, bekerja mempunyai perilaku sama, dan karena itu ketiga kata tersebut dikelompokkan menjadi satu kelas kata. Sebaliknya kata pelajar berbeda dari kata belajar; terbukti bahwa kata pelajar tidak dapat ditempatkan setelah kata tidak. Selanjutnya kata belajar maupun pelajar berbeda dari kata tinggi; terbukti bahwa kedua kata itu tidak dapat didahului oleh kata agak, lebih atau paling.
Berdasarkan perilakunya seperti di atas, kata belajar, membaca, dan bekerja dikelompokkan ke dalam satu kelas kata kerja. Kata pelajar, pemalas, guru digolongkan ke dalam kelas kata benda. Sedang kata-kata yang sama dengan kata tinggi dikelompokkan menjadi satu kelas kata sifat. Selain ketiga kelas tersebut terdapat kelas lain, yakni kelas kata tugas .
Kata Benda
Kata benda disebut juga nomina (substantiva), yaitu semua kata yang dapat diterangkan atau yang diperluas dengan frase yang + kata sifat. Misalnya :
• bunga yang indah,
• sekretaris yang terampil,
• guru yang bijaksana,
• siswa yang cendekia,
• Tuhan yang Maha Esa,
• udara yang segar,
• persoalan yang rumitl,
• perjanjian yang gagal,
• keadilan yang rapuh.
Semua kata yang tercetak miring adalah nomina.
Dalam sebuah wacana, sering kata benda diganti kedudukannya oleh kata yang lain. Misalnya:

"Kemarin Amir, mengatakan kepada Hendro dan Herman bahwa Amir akan menemui Hendro dan Herman di tempat yang sama".

yang sering dan lebih wajar jika dituturkan kembali menjadi:

"Kemarin Amir mengatakan kepada Hendro dan Herman bahwa dia akan menemui mereka di tempat yang sama'.

Kata dia yang menggantikan Amir dan mereka yang menggantikan Hendro dan Herman adalah kata ganti atau pronomina.

Dalam tata bahasa tradisional kata benda dibedakan atas:
1. Kata benda abstrak,seperti kejujuran.
2. Kata benda konkret, misalnya gedung.
3. Kata benda nama diri, yang huruf awalnya selalu ditulis dengan huruf kapital, misalnya Amir Kata benda kumpulan, seperti regu, masyarakat, tim, kelas, keluarga.
Selanjutnya kata ganti juga dibedakan atas beberapa subkelas :
1. Kata ganti orang : dia, mereka, engkau, saudara, anda.
2. Kata ganti tunjuk : ini, itu.
3. Kata ganti hubung: yang, tempat, serta.
4. Kata ganti tanya : apa, siapa, kapan, berapa.
Kata Kerja
adalah Semua kata yang dapat diperluas atau dijelaskan dengan frase dengan + kata sifat, misalnya :
• membaca dengan lancar,
• belajar dengan sungguh-sungguh,
• berpakaian dengan rapi,
• makan dengan lahap,
• berjalan dengan santai,
• tidur dengan nyenyak,




Kata kerja atau verba dibedakan atas :
1. Kata kerja transitif,
yaitu kata kerja yang memadukan objek, contoh :
membeli, memikirkan, mengutarakan, membahas, menertawakan, memahami, menanamkan.

Antara verba transitif dengan objek langsung tidak boleh disela oleh preposisi atau kata depan. Jadi bentuk ujaran seperti : "Panitia membicarakan tentang keuangan" tidak benar atau rancu. Kalimat di atas dapat dibakukan dengan menghilangkan kata tentang.
2. Kata kerja transitif ganda,
ialah kata kerja yang memerlukan objek dua, contoh: membelikan, dan membawakan dalam kalimat
a. Ayah membelikan adik sepeda mini;
b. Kakak membawakan kakek barang bawaannya.
3. Kata kerja intransitif, ialah kata kerja yang tidak memerlukan objek, contoh :
berlari, berdiri, tertawa, menyanyi, merokok, melamun.
4. Kata kerja reflektif,
yang menyatakan tindakan untuk diri sendiri, contoh :
bersolek, berhias, bercukur, bercermin, mengaca.
5. Kata kerja resiproks,
yang menunjukkan tindakan atau perbuatan berbalasan atau menyatakan makna saling, contoh :
bergelut, berpandangan, bergandengan, bertinju, pukul-memuku,l surat-suratan, senggol-senggolan.

Sehubungan dengan kata kerja ini, kita sering membuat kesalahan dengan menambahkan kata saling di depan kata kerja ini, misalnya:
saling tolong-menolong, saling bergandengan, saling bertinju.

Semua bentuk pengungkapan tersebut salah atau rancu, dan dapat dibetulkan dengan menghilangkan kata saling, atau mengubah menjadi saling menolong, saling menggandeng, saling meninju.
6. Kata kerja instrumental,
yang menunjuk sarana perbuatan :
mengetik, bermotor, bersepeda, membajak, dan mengetam.
7. Kata kerja aktif,
yang subjeknya melakukan tindakan seperti yang dimaksud. Biasanya berawalan me- atau ber-, contoh :
menyanyi, mengungkit, berdebat, dan bermalam.
8. Kata kerja pasif,
yang subjeknya menjadi sasaran dari tindakan dimaksud. Biasanya berawalan di-, ter- dan berimbuhan ke- an. contoh :
dibahas, diminati, diulang, terpukul, tertindas, kecopetan.

Kata kerja yang menduduki fungsi predikat disebut kata kerja finit (predikatif), sedang kata kerja yang berfungsi nominal atau berfungsi sebagai kata benda, yang menduduki fungsi subjek atau objek, dinamakan kata kerja infinit (substantiva). Misalnya dalam kalimat :
Belajar itu penting dan la belalar membaca. Belajar dan membaca adalah verba lnfinit.
Kata Sifat
Semua kata yang dapat diperluas dengan kata lebih, paling, sangat, atau mengambil bentuk se-reduplikasi-nya, adalah kata sifat. Kata ini disebut juga adjektiva, contoh :

lebih cermat, agak membosankan, sangat cantik, semahal-mahalnya
lebih bijaksana, paling enak, sangat mahal, sebaik-baiknya
lebih bahagia, tua sekali, sangat pandai, sejelek-jeleknya
paling menarik, cantik sekali, kurang berharga, seteliti-telitinya

Kata sifat dikatakan berfungsi atributif jika digunakan untuk menjelaskan kata benda, dan kata sifat tersebut bersama-sama dengan kata bendanya membentuk frase nominal. Jika digunakan sebagai predikat sebuah kalimat ia dikatakan berfungsi predikatif Perhatikan contoh berikut :

(1) Mahasiswa baru itu sedang mengikuti penataran P4.
(2) Buku itu baru.

Kata baru dalam kalimat (1) berfungsi atributif, sedangkan dalam kalimat (2) berfungsi predikatif.
Kata Tugas
Kata yang berfungsi total, memperluas atau mentransformasikan kalimat dan tidak dapat menduduki jabatan-jabatan utama dalam kalimat, seperti kata dan, di, dengan, dll. dikelompokkan ke dalam kelas kata tugas. Yang termasuk kata tugas ialah :

(1) Kata depan atau preposisi : di, ke, dari
(2) Kata hubung atau konjungsi : dan, atau, karena, dengan
(3) Kata sandang atau artikula : si, sang, para, kaum
(4) Kata keterangan atau adverbia : sangat, selalu, agak, sedang,
secepat-cepatnya

1. Ciri - ciri Kata Tugas
1. Tidak dapat berdiri sendiri sebagai tuturan yang bebas.
2. Tidak, pernah mendapat imbuhan atau mengalami afiksasi.
Perhatikan, kata ke, dari, di, tetapi, telah, akan, dsb., tidak mengalami afiksasi !
3. Berfungsi menyatakan makna gramatikal kalimat. Sebuah kalimat akan berubah artinya jika kata tugasnya diganti dengan kata tugas yang lain. Perhatikan contoh di bawah ini :
a. Herman sedang mandi
b. Herman sudah mandi
c. Herman belum mandi
d. Herman akan mandi
e. Herman selalu mandi
f. Herman pernah mandi
4. Jumlah kata tugas hampir tidak, berkembang karena sifat keanggotaannya tertutup. Ini berbeda sekali dengan kata benda, kata kerja atau kata sifat yang terus berkembang dan diperkaya oleh kata-kata baru.
2. Fungsi Kata Tugas

Fungsi kata tugas ialah untuk menperluas atau menyatakan hubungan unsur-unsur kalimat dan menyatakan makna gramatikal atau arti struktural kalimat tersebut. Secara terinci kata tugas berfungsi untuk menunjukkan hubungan :
1. arah : di, ke, dati
2. pelaku perbuatan : oleh
3. penggabungan : dan, lagi, pula, pun, serta, tambahan
4. kelangsungan : sedang, akan, sudah, belum, pernah, sesekali
5. waktu : ketika, tatkala, selagi, waktu, saat, sejak
6. pemilihan : atau
7. pertentangan : tetapi, padahal, namun, walaupun, meskipun, sedangkan
8. pembandingan : seperti, sebagai, penaka, serasa, ibarat, bagai, daripada, mirip, persis
9. persyaratan : jika, asalkan,kalau,jikalau,sekiranya, seandainya, seumpama, asal
10. sebab : sebab, karena, oleh karena
11. akibat : hingga, sehingga, sampai-sampai, sampai, akibatnya
12. pembatasan : hanya, saja, melulu, sekadar, kecuali
13. pengingkaran : bukan, tidak, jangan
14. peniadaan : tanpa
15. penerusan : maka, lalu, selanjutnya, kemudian
16. penegasan : bahwa, bahwasanya, memang
17. derajat : agak, cukup, kurang, lebih, amat, sangat, paling
18. tujuan : agar, biar, supaya, untuk
19. peningkatan : makin, semakin, kian, bertambah
20. penyangsian : agaknya, kalau-kalau, jangan-jangan
21. pengharapan : moga-moga, semoga, mudah-mudahan, sudilah
22. orangan : sang, si, yang, para, kaum
23. menjelaskan : ialah, adalah, yaitu, yakni, merupakan
Kata tugas yang menyatakan hubungan arah di dan ke, yang merupakan kata yang penuh berdiri sendiri dan dipisahkan dari kata yang mengikuti, sering dikacaukan dengan prefiks di- dan ke- yang harus digabung dengan bentuk dasarnya.

Perhatikan perbedaan berikut:
• di sini , ke sini, ditulisi, kedua
• di sana, ke samping, dikemukakan, kegemaran
• di dalam, ke luar daerah, dikelilingi, kekasih
• di bawah, ke Surabaya, dikeluarkan, kedalaman
• di luar kota, ke utara, diutarakan, keringanan