Translate

Seni Peran Merayu

Terkadang Peran ini Sulit Dikakukan Bagi Orang yang Pemalu.

Seni Peran Memelas

Peran Memelas Perlu melatih Keterampilan Wajah Setiap Saat.

Riuh Penonton di Gedung Teater

Terkadang dibutuhkan Kecerdasan Sebagai Penikmat Sastra.

Sabtu, 18 April 2009

Pagi Anomali


Pagi tanpa kabut datang membangunkanku setelah istirahat semalaman. Datangnya pagi diiringi dengan suasana dingin yang pekat hingga ada niatan menarik selimut kembali untuk menutup tubuhku yang masih asik dengan hangatnya tempat tidur. Namun itu tak kulakukan, karena lagu bergenre rock keluar kencang dari winamp komputer yang lupa kumatikan semalam.

Sebenarnya selama aku tinggal di Jakarta ada sesuatu yang kurang ketika bangun tidur. Sesuatu yang kurang itu adalah suara ayam jantan berkokok dan kicauan burung yang memberitahukan kepada orang-orang untuk segera bangun.

Jakarta sebagai ibukota tidak sama dengan ibuku. Bedanya antara lain alau setiap pagi ibuku selalu membuatkan nasi goreng dan secangkir susu hangat untuk dinikmati, sedang ibukota selalu datang memberikan masalah-masalah yang terkadang sulit untuk dipecahkan.

Hal itu dapat terlihat dengan tak ada keceriaan di setiap pagi bagi orang-orang yang tinggal di Ibukota Jakarta. Keosanan sudah dimulai sejak mata baru dibuka, hal pertama yang dilihat adalah waktu. Banyak orang kota bergantung pada waktu. Bahkan waktu itu dapat menentukan apakah hari yang dilalui itu menyenangkan atau tidak. Siaal bagi mereka apabila waktu tidak berpihak padanya maka hari yang dilalui menjadi bulan-bulanan untuk meneguk rasa kecewa.

Minggu ini tanggal lima belas. Mungkin hari ini tidak berkesan bagiku. Namun ada jutaan orang sedang berdebar-debar di hari ini. Rasa itu ada karena besok adalah tanggal 20 APRil. Mengapa berdebar-debar karena besok anak-anak SMA akan melaksanakan Ujian Nasional.

Bagi yang sudah siap besok mungkin hanya sebagai ajang untuk mengetes pengetahuannya, tapi bagi yang belum mereka benar-benar memepertaruhkan masa depannya. Mengulang atau mengambil kejar paket merupakan konsekuensi bagi mereka yang gagal. Semoga besok tidak ada satu anak pun yang gagal dalam menempuh ujian.

Senin, 13 April 2009

Suka Cita di Tanggal 13


Senin 13 April 2009 setelah perayaan Paskah di Ibu Kota Jakarta,

Ntah mengapa setiap tanggal 13 April selalu saja banyak orang teringat dengan keberadaanku di dunia. Ingatan cerdas orang-orang ini membuat aku bingung namun pastiya bahagia. Kebahagiaan itu datang ketika banyak ucapan masuk ke media komunikasi populer yang digunakan oleh banyak manusia saat ini. Hal itu mengakibatkan semua aliran darahku berpacu cepat hingga menggetarkan seluruh emosi jiwa yang melebur dalam rasa bangga.

Perasaan ini menghentikan keinginanku untuk berlari. Keinginan yang selama ini pernah terbesit untuk keluar dari segala kejenuhan. Tapi aku bersukur masih banyak orang-orang yang peduli denganku. Keberadaan mereka membuatku terasa nyaman dan diterima.


Di pagi yang dingin, satu demi satu bunyi sms berdering dari hp buatan Cina yang kubeli di Cempaka Mas. Bunyi itu datang mulai dari teman sekantor, murid-murid, teman kuliah dulu, hingga kolega-kolega yang selama ini telah bekerja sama denganku. Selain itu, dering telepon pun banyak yang masuk sehingga memperlambat waktuku untuk pergi bekerja. Karena waktu sudah mepet, kuabaikan terlebih dahulu alat komunikasi ini dan kunyalakan motor Jupiter Z yang sudah menemaniku kurang lebih 4 tahun belakangan ini.


Setiba di kantor teman-teman sekerja langsung menghampiri sambil mengucapkan "Selamat Ultah ya pak, semoga ....", senang sekali hatiku melihat banyak orang yang melakukan itu. Setelah itu doa pagi pun dilakukan sebagai rutinitas harian yang dilakukan sebelum briefing.

Rutinitas selanjutnya adalah Kegiatan Kebelarminusan, namun itu tidak segera dapat dilakukan karena Bu Vero mengajakku ke kantornya untuk memberitahukan bahwa ada kekacauan informasi di anak didikku, bahwa banyak dari mereka tidak masuk sekolah karena disinyalir ada SMS gelap yang menyatakan hari ini masih libur. Melihat kondisi itu aku diminta untuk menelepon biang kerok sipembut pesan. Ternyata itu hanya trik dari anak-anak XI IPA untuk mengerjaiku. Di belakang, Bu Vero dan anak-anak telah menyiapkan strategi untuk membuat kejutan di hari ultahku. Strategi itu sebenarnya terlalu polos bagiku, karena belakangan intuisiku sudah mulai peka sehingga dapat menebak berbagai macam kemungkinan.


Karena intuisi itu, aku langsung masuk untuk melihat apa yang terjadi. Tidak salah dugaanku, ada kejutan di sana. Ada kue tar dengan kado telah menantiku. Ucapan meriah keluar dari mulut anak-anak dengan suara yang memekakkan. Setelah itu kami berdoa bersama. Doa selesai kemudian anak-anak memintaku untuk membuka kadonya. Isi kado tersebut ternyata helm KYT full face, jaket tebal beserta sarung tangannya. Bahagia sekali aku mendapatkan hadiah itu. Rasa bahagia itu kuungkapkan dengan mengucapkan terima kasih kepada ke-16 anak-anakku.


Selanjutnya, karena Hari Senin jadwalku di SMP, aku langsung bergegas menuju ke unit SMP. Kulihat jadwalku ternyata masuk di kelas 8A pukul 9.05 WIB, padahal saat itu masih pukul 7.30 WIB. Tidak mau membuang waktu, aku mengoperasikan komputer untuk membuat label DVD. Hal itu kulakukan, karena target minggu ini DVD harus sudah sampai di tangan anak-anak. Tidak sampai satu jam aku telah menyelesaikannya.


Bel berbunyi menandakan aku harus masuk ke kelas 8A. Ternyata di dalam kelas aku disambut penuh sorak oleh anak-anak. Sebagian besar dari mereka mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Bahkan murid yang bernama Valen meberi lukisan replika dari wajahku yang dibuat khusus olehnya untukku. Aku senang karena masih ada anak yang mau meluangkan waktunya untuk membuat sesuatu sebagai hadiah. Bukan hasil yang yang kulihat tapi proses dan pengorbanannyalah yang perlu dihargai. Selain itu, Stephany pun memberi bingkisan yang sampai sat ini belum kutahu isinya. Isi belum kuketahui karena belum kubuka.


Selain anak-anak kelas 8A yang telah memberikan ucapan, aku ingat masih ada bingkisan lain dari Jonathan kelas XI IPA. Bingkisannya berisi buku yang berjudul Ada Waktu Mengelus dan Menggampar. Menurutku buku ini bagus juga, karena berisi tentang khotbah-khotbah jenaka dari Pendeta L,Z. Raprap.

giliran selanjutnya aku masuk ke kelas 8B. Tidak kalah serunya kelas ini pun menyambutku. setiap anak mengucapkan selamat kepadaku. Aneh benar memang hari ini banyak orang menyapaku dan bergembira bersamaku karena ulang tahun.


Setelah menyelesaikan pembelajaran, aku masih memiliki tanggung jawab untuk mencetak sampul DVD. Sampul ini kukerjakan hingga pukul 5.30 WIB hanya di bantu Pak Wahyu sebentar. Setelah selesai, aku langsung pulang. Tapi sebelumnya ada bingkisan misterius di atas motor Jupiter Z ku. Aku tidak tahu dari mana datangnya. Tapi tak masalah ku ambil saja dan kubawa pulang bersamaan dengan hadiah-hadiah yang kuperoleh tadi.

Sesampainya di rumah, langsung kurapikan bingkisan-bingkisan itu. Tidak lama kemudian, ada kiriman Kue Harvest dari kelapa Gading. Tambah bingung aku melihat keadaan ini, dan bertanya dalam hati dari siapa pula kue ini serta kenapa bisa datang di alamatku. Tidak ambil pusing kumasukkan saja kue ini ke kulkas dengan harapan tidak lumer. Setelah selesai merapikan semuanya aku membuka komputer dengan tujuan membuka internet. Hal ini kulakukan karena rasa penasaran seharian tidak membuka Facebook. Ternyata dindingku banyak dipenuhi ucapan. Tidak hanya Hp Cinaku saja yang dipenuhi ucapan, FBku pun tidak luput dari goresan ucapan. Maka di tanggal 13 April ini aku mengucap sukur kepada Tuhan yang telah memberikan anugrah kebahagiaan. Selain itu aku berterima kasih kepada semua sahabat-sahabatku, murid-muridku, serta teman-teman sekantor yang sudah memperlakukanku dengan amat menyenangkan di hari ini. Segala doa kupanjatkan untuk kebahagiaan kalian semua.

Minggu, 12 April 2009

Marak Orang Stres karena Jabatan

Boleh kita mengelus-elus dada kita. Bukan karena berbidang atau sedang batuk, tapi perihatin melihat manusia-manusia yang berlomba-lomba untuk mencari jabatan. Apakah jabatan itu amat penting hingga banyak orang mau terlibat dan terjun ke kancah perpolitikan yang carut marut di negeri yang selalu buat orang cemberut.
Fenomena parpol sudah bergulir dari tahun -ketahun, tapi untuk caleg ya baru kali ini marak dan membuat kita bingung. Bayangkan tanpa visi dan misi mereka mau mendaftar menjadi caleg. Mmmm... saya hanya bisa tersenyum ketika melihat ada Caleg yang stres karena tidak lebih dari sepuluh orang yang memilihnya. Mana mungkin caleg mendapatkan banyak suara kalau ia tidak dikenal. Mungkin yang masih kuat bertahan bisa tinggal di rumah sakit jiwa.
Yah mungkin bagi kebanyakan orang Caleg sudah dijadikan profesi baru selain tukang cendol, tukang gorengan atau tukang bersih-bersih di toilet terminal. Di mana setelah menjabat di legislatif langsung mendapatkan bayaran. Tentu kita setuju kalau orang-orang macam ini layak kita sebut sampah. Ya kita tunggu saja apakah untukputaran Capres fenomena ini akan terulang lagi seperti Caleg? Kita tunggu saja waktu mainnya.

Jenuh dengan ...

Belakangan ini aku tidak tahu apa yang terjadi dengan semua yang ada di sekeliling. Banyak hal yang membuat aku bingung dan cenderung jenuh. Sepertinya aku butuh tempat lapang untuk berteriak sekuat tenaga menghabiskan energi dari rasa jenuh. Semua alat komunikasi yang ada sudah jarang kugunakan. Lebih sering kini intuisi kugunakan untuk melihat dan membaca keadaan. Selain itu, telepati pun tidak kalah berfungsinya untuk mengasah rasa simpatiku terhadap sesama.
Aku bosan melihat orang-orang yang tidak mau melihat ke belakang. Aku muak mengamati orang-orang yang berlebihan dalam memanjakan ego. Aku kesal melihat manusia-manusia yang selalu meng kotak-kotakkan mengenai (benar-salah) terhadap orang lain. Aku pun malas melihat pribadi-pribadi yang meremehkan dan merendahkan orang lain.
Sepertinya sekarang ini aku hanya bisa meneguk rasa muak terhadap semua ini. Akankah ada penetralisir untuk rasa anyir getah yang bermuara dari rasa bosan ini. Rutinitas mungkin hanya bisa kujadikan candu pelipur amarah, sedangkan hidangan lelucon belum tersaji dalam cangkir panas yang sudah kusiapkan dari harihari yang lalu.
Hingga kini aku masih bertanya-tanya, sebenarnya motivasi manusia menjadi congkak itu apa? Padahal aku selalu iba ketika melihat orang lain yang mau berusaha keras dengan mengorbankan harga dirinya.
Ada beberapa cerita selama liburan mengenai orang-oarang yang mau melakukan hal-hal seperti yang ditunjukkan di atas. Kemarin, ketika aku pergi ke toko material untuk membeli cat untuk anak-anak didikku yang mau mengikuti lomba mading, aku melihat bapak-bapak sales dengan wajah letih dan kecewa mendengarkan komplain dari penjual mengenai tagihan yang tidak sesuai dengan pesanan. Bapak itu diam seribu bahasa dicaci maki dan hanya bisa menunduk lemas dengan menahan rasa kantuk dan lapar. Aku mengamati dia terus sampai transaksi itu berakhir. Ia keluar dengan wajah sedih kemudian menyalakan motor bebek tuanya dan meninggalkan tempat itu. Sedih sekali aku melihat keadaan itu. Hasil yang diperoleh dalam sebulan mungkin tidak sebesar apa yang kudapatkan saat ini. Ya mungkin ini yang disebut dengan keberuntungan.
Pagi tadi pun, aku melihat penjual tahu dengan sepeda penuh karat masuk ke komplekku dengan mengeluarkan suara naring "Tahuu.....tahu...." dia berharap ada yang keluar dan membeli, ternyata tidak ada satupun yang memanggil. Selain itu, ada pula remaja pria dengan menggunakan motor bebek gaulnya dengan felek racing berjualan telur goreng. Jok yangbiasa untuk membonceng, kini menjadi tempat kompr dengan wajannya. Aku empat berpikir apakah tidak meledak jika itu berlangsung lama. Namun kurasa tidak, buktinya hinggakini di masih menjual telur-telur puyuhnya dan selalu ramai dikerumuni anak-anak kecilyang dengan bebasnya meggoreng telur-telur itu sendiri.
hebat sekali mereka-mereka ini menurutku. Mereka kebal dengan rasa malu. Mereka seikitpun tidak mebiarkan egonya untuk mencegah apa yang mau iya lakukan. Apakah aku, kamu, kita atupun siapa itu bisa menjadi seperti mereka? Minimal kita bisa menumbuhkan rasa empati untuk bisa merasakan seperti keadaan mereka, sehingga kita tidak semena-mena untuk menghambur-hamburkan uang demi nafsu sesaat. Bahkan yang lebih baik lagi adalah kita harus bisa menghargai sesama, seperi apa yang telah diajarkan guru besar kita Jesus Christus.

Liburan

Setelah surat edaran keluar untuk pemberitahuan libur, aku langsung pulang ke kontrakan untuk beres-beres, karena 4 hari libur sudah lumayan dibanding harus mengikuti rutinitas kerja yang tidak ada hentinya. Kuambil pakaian kotor dan seprey kumasukkan ke keranjang dengan harapan pembantu mencucikan dan setibanya ke kontrakan sudah bersih dan wangi.
Berangkat pukul 9.00 WIB dari Jakarta untuk menuju Bogor di mana selama ini aku dibesarkan dan diberi banyak pengetahuan oleh keluarga. Ternyata waktu liburku tidak banyak kumanfaatkan dengan baik, aku malah lebih banyak istirahat di kamar sambil menyaksikan berita tentang pemilu.
Oh ya ada cerita untuk pemilu kemarin. Waktu itu aku diberi surat oleh ibuku yang isinya "Surat undangan untuk datang ke TPS". Sebagai warga negara yang baik aku mengiyakan dan datang ke TPS dengan maksud menyuarakan aspirasiku. Setiba di bilik TPS, aku bingung, aku terdiam lebih dari 3 menit. Aku tidak tau harus memilih siapa nama-nama yang terdaftar di surat suara. Aku tidak mengenal salah seorang pun. Akhirnya aku hanya bisa menyontreng partainya saja tanpa menghiraukan Caleg-caleg yang tertera di surat suara.
Keesokan harinya aku melihat berita di televisi ada Caleg yang meningal karena hasil suaranya tidak mencapai target dan ia shok berat karena telah banyak mengeluarkan modal. Melihat berita itu aku langsung sadar dan berpikir pasti tidak hanya Caleg itu yang menjadi korban karena suaranya tidak mencapai target, pasti banyak Caleg-caleg yang sters dan gila karena perolehan suaranya kurang.
Aku tidak habis pikir kenapa orang-orang itu mau berlomba-lomba masuk ke kancah politik. Padahal aku sama sekali tidak tertarik dengan hal itu. Aku lebih suka mengamati orang-orang yang gila akan dirinya. Yang merasa dirinya hebat, dan Ke "Aku"-annya masih kental. Yah mungkin ini yang disebut dengan hidup. Setiap orang pasti bebas untu menentukan pilihannya. Ada yang suka seni, ada yang suka sastra dan ada yang suka politik. Pada dasarnya aku masih bingung apa si enaknya bermain di bidang politik, apa sama serunya dengan bermain catur?
Kalo aku si mending duduk baca koran atau nonton televisi sambil menikmati hangatnya teh manis yang ditemani pisang goreng, welwh...weleh...

Jumat, 03 April 2009

SEBELUM KITA MENGELUH...........

  1. Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali.
  2. Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
  3. Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di jalanan.
  4. Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.
  5. Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istrimu, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Allah untuk diberikan teman hidup.
  6. Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.
  7. Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu, pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.
  8. Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya, pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.
  9. Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir, pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.
  10. Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.
  11. Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.